Friday, April 30, 2021

Swatch & Review: Innisfree Real Color Nail Polish No.47 & 48 (Update no.14 & 46)

 



Review ini ditulis sebagai akibat keracunan iklan Lzd yang mondar-mandir di medsos gak brenti-brenti πŸ˜… Beneran kita pengguna Android smartphone ini sebetulnya nyaris gak punya privasi sama sekali. Gegara ngintipin lapak resminya Innisfree di Lzd melulu dan sempet masukin cat kuku Real Color ke keranjang belanja, tiap hari dihantui benda yang sama di iklan medsos. Belum lagi notif dari app Lzd itu sendiri yang nongol terus tiap hari, ngingetin kalau barang di keranjang belanjaan belum dibayar πŸ™„

Aslinya saya udah bikin deklarasi pensiun beli cat kuku (at least mau ngabisin yang lama dulu) dan sempat berhasil bertahan setahun lebih tanpa nambah koleksi baru. Tapi dasar saya lemah iman, akhirnya tergoda juga. Maka inilah dia, Innisfree Real Color no. 47 dan 48, dibeli murni secara impulsif tanpa ngecek review sama sekali. Entah kenapa saya punya feeling bagus dengan cat ini, mungkin karena pernah punya produk HG dari brand Innisfree. Semoga aja feelingnya bener.





No. 47 warna olive green dan no.48 warna dark rose



Kesan pertama, warna yang datang persis sesuai yang dibayangkan. Botolnya simpel, gak ada kesan chic, girly, playful, dan yang lucu-lucu lainnya. Just be real, like its name, Real Color. Oke yang terakhir ini cuma bikin-bikinan saya aja sih, biar cocok haha.. 

Pass beberapa hari setelah paket datang, ee saya dapat tamu haid. Nah inilah waktunya mewarnai kuku. Langsung aja test drive si cat baru. Tanpa menaruh ekspektasi apa-apa, suprisingly saya langsung suka: full opacity dalam satu kali polesan, mudah diratakan, gak streaky, kuas luwes dan fleksibel, hasilnya rapi dan menyenangkan hati. Konsistensi sedikit lebih creamy dari preferensi saya tapi gak mempengaruhi kemudahan dalam memoles. 

Cat kuku Innisfree Real Color ini aromanya gak menyengat, bahkan sebetulnya nyaris gak ada baunya, kecuali didekatkan ke hidung. Ini saya sadari sewaktu asyik poles-poles kuku, kok gak tercium bau apa-apa ya. Padahal semua cat kuku yang pernah saya coba biasanya baru dibuka tutup botolnya aja langsung kerasa aroma khas yang menusuk hidung. 

It dries fast! Alias cepat keringnya di kuku, terutama mengingat konsistensinya yang agak creamy. Saya bisa menyelesaikan dua layer polesan hanya dalam waktu setengah jam dan jari-jari ini bisa langsung diajak beraktifitas normal sekitar 15 menit setelah kelar layer terakhir. Waktu itu saya harus segera pergi ngantar bocah sehingga mesti ganti baju, ambil tas, kunci kendaraan, dll sehingga beberapa kali kukunya tergesek-gesek. Saya udah mikir, aduh hancur deh hasil kerja keras. Ternyata enggak. Catnya benar-benar sudah fix kokoh menempel di kuku. Hasil pewarnaannya sesuai dengan klaim yakni glossy finish. Kilauannya awet tahan lama. Meski sudah dibawa tidur, tergesek-gesek sprei dan bantal, glossynya gak berkurang dan gak ada cap bekas garis-garis. Beberapa kali pengalaman dengan cat kuku lain, sepertinya sudah kering sedari tadi tapi setelah dipakai tidur ada ngecap samar garis-garis dan yang tadinya glossy berubah jadi agak dove.

Cat kuku Innisfree ini mudah dirapikan. Sebagai non profesional, tangan saya kan suka goyah kalau lagi ngecat kuku, seringkali hasil warnanya jadi suka kelewat dari batas kuku sehingga harus siap sedia cotton bud dan aceton. Tapi dengan Innisfree Real Color, tinggal nunggu kering lalu cat yang belepotan cukup dikeletek pakai kuku dengan sedikit usaha, langsung bersih. 

Sepertinya feeling saya tepat beli ini ♥️ 



Swatch No.48

Swatch di atas adalah hasil dua kali polesan tanpa top coat. Warna ini dipilih karena terlihat mirip seperti perpaduan dua warna favorit saya dari kuteks Revlon Nail Enamel, yakni Teak Rose dan Granite, yang sayangnya performanya mengecewakan (review di sini). Dan ternyata beneran saya suka. Warnanya warm dark rose setelah dua kali poles. Di kondisi minim pencahayaan, warnanya terlihat agak brownish.


Swatch No.47

Swatch di atas adalah hasil dua kali polesan tanpa top coat. Warna dark olive green seperti ini ternyata cocok di saya, bikin kulit terlihat cerah dan bersih. Ini berbeda dengan Revlon Colorstay Indigo Blue yang dulu saya pernah punya. Warnanya aslinya bagus, tapi pas diaplikasikan ke kuku, jadi keliatan norak. Not flattering at all. Mungkin undertone kulit saya warm olive sementara biru adalah warna yang cenderung cool.


Update!!

Jadi, gara-gara positive experience sama dua cat kuku Innisfree di atas, saya jadi beli lagi dong. Lupa sudah dengan niatan puasa beli kuteks, ngahahahahaa πŸ˜…


Swatch No.46

Warna golden olive. Sukakk banget. Ketika dipakai jatuhnya jadi seperti warna nude, sangat kalem dan ngeblend dengan tone warna kulit. Oke, fix berarti undertone kulit saya memang olive nih. Swatch di atas adalah hasil dua kali polesan ditimpuk Etude Play Nail Smoothing Base Coat sebagai top coat for additional shine.



Swatch No.14

Ini warna kuningnya semacam kuning mustard. Dia bukan neon, juga bukan pastel. Masuk banget buat yang punya undertone olive. Gak bikin efek glow in the dark juga, di mana warna kukunya cerah bersinar tapi kulit tangan terlihat menggelapπŸ˜ƒ Khusus untuk warna ini, saya baru bisa memperoleh hasil yang full opacity setelah memoles tiga layer. Tapi konon cat kuku untuk warna-warna terang semacam kuning dan putih biasanya memang cenderung sheer dan streaky sih. Foto di atas adalah hasil tiga kali poles dengan Etude Play Nail Smoothing Base Coat sebagai base coat dan top coat. 


Final Verdict

In love!! ❤️❤️

Sepertinya saya menemukan cinta baru, setelah susah move on dari The Skinfood Nail Vita yang kualitasnya di akhir-akhir mulai mengecewakan dan sepertinya makin susah dicari.  Konsistensinya pas, kuasnya juga enak dipakai, pengaplikasian relatif mudah, dan drying speednya memuaskan. Meski saya bilang keringnya cepat, tapi gak lantas jadi gampang seret sewaktu dioles ke kuku, sehingga gak perlu buru-buru juga waktu meratakannya. Take your time. Selain itu, saya senang karena Innisfree menyediakan pilihan warna-warna yang earthy tone seperti di atas, yang meski cukup bold dan colorful tapi ketika dipakai kesannya tetep kalem. 

Cat kuku Innisfree Real Color ini saya beli di harga Rp 49.000 per botol dengan volume 6ml. Dari segi harga memang kurang bisa dibilang murah meriah. Ada banyak merk cat kuku terkenal lain yang harganya di bawah itu, tapi jarang yang menyediakan warna yang bikin saya tertarik. Rata-rata warnanya nude dan kalem-kalem. Lhaa periode saya pakai cat kuku kan cuma bisa sebulan sekali, mosok pake warna nude. Ga seru lah πŸ˜ƒ



Friday, April 23, 2021

My Skincare Routine Sharing: pH Atau Derajat Keasaman

Setelah sempat bermain-main dengan DIY serum vitamin C, saya jadi lumayan aware masalah ph. Terlebih lagi kemudian saya mulai memasukkan acid-acid an ke dalam rutinitas skincare saya. Ternyata asyik juga bisa mengetahui standar kondisi ideal sebuah komponen skincare, semisal AHA dan BHA membutuhkan jumlah persentase dan ph tertentu untuk bisa bekerja secara optimal. Berkaitan dengan ph inilah terkadang klaim sekian persen dari sebuah produk skincare tidak menjamin bahwa yang bekerja di kulit kita memang sebanyak itu. Tapi bukan berarti kalau tidak sesuai klaim trus gak efektif ya. Gak gitu juga. Karena terkadang ada tipe kulit tertentu yang tidak kuat menerima ph yang terlalu asam atau jumlah komponen aktif yang tinggi. Akhirnya kemudian kita mendapati produk-produk  dengan klaim gentle, yang memberikan hasil secara perlahan tapi terasa lebih ramah di kulit. High potent memang beresiko high irritant juga. Di sinilah teknologi mutlak ikut terlibat sehingga produk skincare yang efektivitasnya tinggi dan aman di kulit seringkali berbanding lurus dengan harganya. Let's say serum vitamin C yang dikatakan no.1 di dunia yang dikeluarkan Skinceuticals, harganya bikin jiwa misqueen macam saya ini meringis ngeri.

Ada satu lagi yang berkaitan dengan ph, yakni acid mantle a.k.a skin barrier. Pelindung kulit kita ini punya ph sekitar 5, relatif cukup asam, jadi sebaiknya produk yang rutin ditemplokkan ke wajah gak jauh-jauh dari angka itu. 

Tujuan tulisan saya kali ini adalah untuk mendokumentasikan ph produk-produk skincare yang sedang saya pakai belakangan ini. Mumpung habis beli ph strips baru yang bagusan, saya jadi seneng banget ngetes segala macam cairan hahahaha..... Produk yang dicek ph-nya di sini tidak banyak yaa karena memang hanya berdasar barang-barang di dalam beauty case saya aja. Teman-teman yang ingin mengecek pH dari produk favoritnya atau penasaran dengan produk tertentu bisa main ke beberapa tulisan berikut:

- AHA exfoliant (artikel & spreadsheet)

- AHA-BHA exfoliant  (artikel & spreadsheet)

- Beauty cleanser/facial wash  (artikel & spreadsheet)

- Artikel berbahasa Indonesia (all about ph & daftar ph produk)








 

 Dari kiri ke kanan:

pH

1.

Hadalabo Facial Wash

±6

2.

SK II Facial Treatment Clear Lotion

±5

3.

The Ordinary Glycolic Acid Toning Solution

3-4

4.

Missha Time Revolution The First Time Essence Intensive Moist

4-5

5.

N'Pure Cactus Aloe Vera 92 Soothing Gel

±7

6.

Benton Aloe Propolis Soothing Gel

±5

7.

Some By Mi Snail Truecica Serum

5-6

 

Dari hasil eksperimen ph strip di atas, saya dapat berkesimpulan bahwa produk skincare yang saya pakai cukup aman karena ph-nya menyerupai ph alami kulit. AHA exfoliant toner yang saya punya (The Ordinary) sudah sesuai dengan klaimnya 3,6 karena ph strip menunjukkan warna antara 3 dan 4. Ph paling tinggi dimiliki oleh gel aloe vera dari N’Pure yakni kisaran 7, relatif netral. Gel ini lebih banyak saya pakai untuk pelembab tangan dan sebagai pertolongan pertama pada luka bakar, melepuh, atau kulit memerah akibat terlalu lama kena sinar matahari.

Tuesday, April 13, 2021

Review: Somethinc Level 1% Retinol




Somethinc Level 1% Retinol adalah produk Retinol perdana yang coba saya masukkan ke dalam skincare routine. -Where to buy?- Jenis vitamin A yang pernah dipakai sebelum ini adalah Tretinoin dalam bentuk krim salep Mediklin TR dan Vitacid 0,05%, but not for regular use. Saya pakai Mediklin TR untuk perawatan insidental bagi jerawat bandel saja, sementara Vitacid saya pakai akibat racun dari beberapa beauty blogger yang mengklaim wajahnya jadi mulus nan glowing dari pemakaian rutin produk tersebut. Nah meski ini produk Retinol pertama, saya berani ambil langsung 1% karena adanya keterangan bahwa bahan tersebut dibuat encapsulated di mana itu menjadikannya lebih stabil terhadap udara dan cahaya serta bersifat time-released sehingga lebih gentle dan tingkat iritasinya lebih rendah (Referensi: di sini). Selain itu, pengalaman saya dulu dengan Vitacid (di mana bentuk vitamin A-nya berupa Retinoic acid murni yang lebih potent tapi juga lebih irritant) relatif biasa saja. Nothing impressive, nothing negative, cuma sempet notice idung berasa halus lembut meski blackheads masih terlihat setia nangkring di sana, but didn’t feel so bumpy. Satu alasan utama kenapa sekarang mau coba pakai Retinol adalah masalah yang berkaitan dengan milia or something looks like it. Pernah baca di suatu tulisan, salah satu cara membasmi milia adalah pemakaian Retinol secara rutin. 


Masalah utama saya sebetulnya adalah aging skin akibat terbiasa panas-panasan dan kerja lapangan sedari umur sekolah tapi baru rajin pakai sunscreen setelah usia 30, jadi ya..... πŸ™ˆ So if you guys cari review tentang produk Retinol terhadap wajah berjerawat, this post is not for you. Saya gak punya problem jerawat, pori besar, maupun kulit berminyak. Alih-alih jerawat, saya punya masalah bruntusan halus sewarna kulit yang bisa berarti milia atau syringoma. -I hope this is milia karena kalau syringoma gak bisa diatasi pakai skincare- Dulu pernah coba diterapi daily spot treatment pakai Vitacid tapi berefek jadi pedih di area tersebut tanpa ada perubahan yang terlihat siginifikan.


Problem kulit:
- Beruntusan sewarna kulit
- Pori-poli yang longgar plus garis
halus di beberapa area akibat kulit yang mengendur karena penurunan berat badan yang agak drastis (dan ga bisa chubby lagi πŸ˜…)

**Side note: Referensi memilih jenis vitamin A



Kemasan dan Penampakan

Somethinc Level 1% Retinol dikemas dalam botol kaca 20ml warna hijau mungil, bersegel dan tanpa boks. Pada label tertera keterangan fungsi produk, cara pemakaian, daftar ingredients, dan keterangan manufaktur. Tanggal kadaluarsa produk bisa ditemukan di botol bagian bawah. Aplikator produknya berupa pipet drop warna putih. Cukup simpel tapi terlihat serius bagi saya, like I can rely on this product. Untuk isinya sendiri berwarna kuning jernih. Ada sedikit tercium aroma manis, seperti apa yaa... Mirip-mirip air seduhan madu gitu lah. Konsistensinya relatif cair sehingga mudah diratakan dan cepat diserap kulit.


 

 


Klaim

Retinol 1% yang telah di-enkapsulasi sehingga lebih aman digunakan untuk kulit sensitif sekalipun. Menyamarkan tanda penuaan seperti kerutan, flek/noda hitam, hiperpigmentasi, pori-pori, dan garis halus. Membuat kulit tampak lebih cerah dan tekstur kulit tampak lebih rata.


Cara Pakai: 

Kocok sebelum digunakan. Gunakan setelah toner dan sebelum moisturiser. Dapat digunakan untuk leher. Gunakan tabir surya saat siang hari.


Ingredients

Aqua, Terephthalylidene Dicamphor Sulfonic Acid, Butylene Glycol, Glycerin, Ceramide 3, Triethanolamine, Retinol, Hydroxyethylcellulose, Phenoxyethanol, Allantoin, Hyaluronic Acid, Disodium EDTA

** Ingredients analysis:

COSDNA

Skincarissma

INCIDecoder


Sedikit referensi tentang bahan Triethanolamine:

INCIDecoder

Honestdocs

Alodokter

Inti Alam Kimia

The Derm Review



Kesan Pemakaian

Saya sudah menggunakan serum Retinol ini sekitar hampir satu bulan, dengan interval setiap dua atau tiga hari sekali. Sejauh ini gak ada keluhan apa-apa. Gak ada efek purging maupun cekit-cekit (tingling sensation). Tapi ya mungkin saya saja yang badak, wong pakai Vitacid pun kulit tetap kalem. Kabar bahwa Retinol mempunyai efek samping kulit kering juga gak terjadi pada saya. Entah mungkin saya menghidrasi kulit dengan cukup atau memang formulasi serum ini sukses mengantisipasi efek negatif tersebut. Jika dicek dari daftar ingredients di atas, ada banyak komponen yang sifatnya baik bagi hidrasi kulit seperti Ceramide 3, Hyaluronic Acid, Allantoin, dan Glycerin. Beberapa artikel kecantikan menyebutkan bahwa Retinol dan Hyaluronic Acid adalah best couple. Sebagai catatan, saya meletakkan serum Retinol ini setelah toner (tunggu kering dulu), kemudian dilanjut hydrating essence, dan diakhiri produk pelembab berbahan aloe atau snail. Idealnya, Retinol itu untuk night routine tapi ya karena saya kadang gak sempat, seringkali baru pakai sewaktu pagi setelah subuhan. Gak lupa sunscreen tentunya.


Efek

Ada efeknya gak? Saya harus menilainya dari target semula yakni menghilangkan milia. Dan setelah belakangan ini browsing sana-sini, sepertinya saya harus menerima fakta bahwa itu bukan milia, hiks. Jadi akhirnya ini efeknya gimana dong? Saya gak tahu hahaha πŸ˜† Kalau efek anti aging mestinya sih untuk jangka panjang ya, sepertinya belum bisa diketahui kalau sebotol aja belum habis. Dalam sebuah tulisan tentang mitos-mitos seputar Retinoid, blogger Lab Muffin menyarankan untuk menunggu 3-6 bulan sebelum bisa memutuskan produk Retinol sedang yang dipakai ini efektif atau gak.


Final Verdict

Somethinc Level 1% Retinol adalah produk Retinol yang affordable (Rp 155.000,00 untuk ukuran 20ml) dan mudah dibeli secara resmi. Saya menyukai konsepnya yang mencantumkan jumlah persentase bahan aktif yang jadi andalan pada label produknya. Hal tersebut menjadi satu poin pertimbangan tersendiri ketika mencari suatu produk yang sekiranya bisa dipercaya dan tidak overclaim.  Tapi spertinya brand lokal lain pun mulai melakukan hal yang sama mengingat pemakai skincare dalam negeri sekarang sudah banyak yang giat mengedukasi diri. Sementara itu di sisi lain, berdasarkan kesan selama pemakaian, saya merasa nyaman pakai serum ini meski belum melihat hasil yang signifikan. Mungkin masih perlu sedikit eksperimental seperti menaikkan frekuensi pemakaiannya menjadi setiap hari dan ditambah skincare anti aging lainnya. Review akan diupdate setelah habis botol pertama. Semoga gak lupa πŸ™


Ada sedikit catatan yakni tentang komponen Triethanolamine seperti yang sempat saya sebutkan sekilas di atas. Bagi yang kulitnya sangat sensitif atau memiliki alergi terhadap bahan ini mungkin perlu sedikit berhati-hati.


Repurchase?

Not sure yet. 




**Somethinc official stores:

Official webstore

Shopee

Tokopedia

Lazada


[Part 2] Skin Journal, A New Journey - [Review] Laneige Clear-C Advanced Effector EX

Saya menulis part 1-nya ternyata sudah hampir setahun yang lalu. Dan habis itu lama banget ninggalin janji bikin part 2 yang tak kunjung te...