Showing posts with label bosan. Show all posts
Showing posts with label bosan. Show all posts

Monday, May 25, 2020

More Review & Swatch: Miranda Permanent Hair Color MC-16 (Eksperimen Lanjutan)

Semenjak memposting tulisan ini, saya jadi tahu ternyata Miranda Ash Blonde MC-16 banyak peminatnya karena pada kepingin punya rambut warna ash blonde dan abu-abu (kaya uban hihihi). Saya akhirnya ikutan penasaran, gimana sih hasilnya kalau pakai cat ini plek ketiplek sesuai petunjuk manualnya. Beneran jadi ash blonde, atau jadi abu-abu kaya yang di gambar kotaknya, atau warna lainnya?

Untuk eksperimen kali ini, saya menggunakan sampel rambut, bukan langsung ke rambut yang nempel di kepala. Tapi masih rambut sendiri sih. Beberapa waktu yang lalu saya mulai bosan dengan warna rambut saya karena bagian pangkalnya udah mulai panjang, harus retouch. Tapi males, karena warna rambut saya didapat dari proses highlight pakai foil, retouchnya ga bisa sembarangan, butuh ada yang bantuin. Kedapetan ide mau diapain tapi harus nunggu sampai jadi virgin dulu semua. Iseng-iseng rambut saya potongin, khusus sepanjang yang warnanya udah bule. Trus pikir saya, kayanya bisa nih buat bikin eksperimen warna. Dan setelah lebih dari setengah tahun dianggurin akhirnya baru dieksekusi sekarang haha....

Sampel rambut 'before' yang digunakan pernah dibleaching satu kali. Pakai Joico Creme Lightener dan krim developer 20vol merk Alfaparf, bisa mencapai level 7-8 dari kondisi virgin. Eksperimen ini memakai dua bundel sampel rambut. Sebelum diwarnai, salah satunya akan dibleaching lagi sampai level 9-10, sementara yang satunya dibiarkan apa adanya. Tujuannya adalah mau lihat gimana hasilnya terhadap level rambut yang berbeda. Harapannya dengan ini jadi bisa menjawab satu pertanyaan umum yang sering muncul: kalau mau berhasil pakai Miranda Ash Blonde memangnya harus bleaching dulu ya?

Rambut before, level 7-8

Bahan bleaching

Sudah bleaching, siap diwarnai

Proses pewarnaan
Miranda Ash Blonde

Hasilnya:
Pewarnaan pertama
Pada rambut level 9-10, hasilnya pirang dan gak ada ashy-ashynya sama sekali. Bahkan menurut saya jadi bener-bener murni level 10, kuning pucat dan jernih. Yang jelas perlu dicatat, hasil warna ini meleset jauh dari yang ditampilin di boksnya. Ash blonde bukan, abu-abu juga bukan. Fail πŸ‘ŽTapi yang menarik, pada rambut yang level 7-8 warnanya jadi jauh lebih terang semacam level 8-9, kaya habis bleaching. Wah kadar amonia dan level krim developernya pasti cukup tinggi nih.


Miranda Ash Blonde
Foto after, di bawah pencahayaan yang berbeda-beda
Gak terlihat ashy sama sekali kan..

Pewarnaan ke dua
Jujur hasil pewarnaan pertama di atas bikin ngganjel di pikiran. Dulu saya berhasil menghasilkan warna keabu-abuan pakai Miranda Ash Blonde, yang ini kok fail. Apakah mungkin karena faktor krim developernya? Waktu itu saya memang pakai krim developer merk lain sih. Untuk menuruti rasa penasaran ini, saya mengulang langkah pewarnaan seperti di atas terhadap kedua sampel rambut yang sama. Timpa aja pokoknya. Bedanya kali ini saya mengurangi takaran krim developer menjadi setengahnya dan menambahkan conditioner bawaan Miranda dengan jumlah yang sama. Jika digabung dengan krim pewarnanya, maka komposisi total campuran antara krim pewarna dengan krim developer dan conditioner kurang lebih adalah 2:1:1. Tujuan penambahan conditioner ini adalah untuk menurunkan kekuatan developer menjadi setengahnya.


Miranda Ash Blonde
Foto after
Final result, dengan pencahayaan yang berbeda-beda

Voila, it’s ashy, gaess. Very subtle pada rambut level 9-10,  but it has obviously grey tinge. Sementara pada rambut level 7-8 yang sudah  berubah jadi seperti level 8-9 hasilnya menggelap, dari blonde jadi light brown. Jujur saya agak bingung juga dengan efek yang terjadi pada sampel rambut yang satunya ini. Kenapa malah yang muncul warna coklat yaa?

Tapi kalau melihat hasil pewarnaan ke dua ini, dugaan awal saya sepertinya tepat. Krim developer bawaan Miranda cukup kuat sementara pigmen warna di krim catnya tidak bisa mengimbangi. Mengingat saya pernah memperoleh warna abu yang lebih gelap lagi dengan krim developer 10 vol pada eksperimen terdahulu, besar kemungkinan krim developer bawaan Miranda ini lebih tinggi dari 20 vol.

Kesimpulan
Miranda MC-16 Ash Blonde sifatnya mirip highlift, bisa menaikkan warna rambut sampai beberapa level. Jika ingin mendapat hasil ash blonde, sebaiknya krim developernya diturunkan agar pigmen warnanya gak kalah. Salah satunya bisa dengan cara memasukkan conditioner dengan ratio 1:1. Krim developer campuran ini nanti total takarannya harus disesuaikan dengan kebutuhan krim pewarnanya. Cara lainnya, pakai krim developer merk lain yang ada label keterangan % atau volumenya sehingga hasilnya lebih bisa diprediksi. FYI dengan krim developer 10 vol, warna abu-abunya bisa lebih keluar. Yang perlu dicatat, Miranda Ash Blonde ini hasilnya cenderung agak kehijauan. Kalau mengharapkan warna abu-abu murni, saya lebih merekomendasikan memakai campuran antara Miranda MC-2 (biru) dan MC-13 (ungu). But beware, kedua warna tersebut sangat pigmented (seperti contoh di sini).

Satu catatan lagi, untuk mendapatkan hasil warna abu-abu, harus bleaching sampai level 9-10, warna kuning terang. Di bawah itu, warnanya sepertinya jadi kecokelatan. Saya gak tahu kenapa bisa begitu, karena ini kejadian juga di tulisan terdahulu. Tapi kalau mau diambil sisi positifnya, Miranda MC-16 Ash Blonde boleh nih dicoba sebagai alternatif pilihan buat yang mencari hasil warna rambut light brown.


Sudah siap mencoba? πŸ˜‰


Sunday, May 27, 2018

Hair Experiment & Review: Cat Rambut Miranda MC2, MC13, &MC16 (Before & After Picture)


Note: Review khusus buat reader cewek 😊
Reader cowok bisa main ke updated review di bawah siniπŸ‘‡
**(UPDATE - review lanjutan + Before-After) πŸ‘ˆ klik di sini


Hampir setahunan ini saya ketagihan main bleaching. Awalnya cuma ujung-ujung aja (ombre) lalu sedikit demi sedikit berani agak pede dengan mulai nyoba balayage dan bikin babylights (semacam highlights tapi lebih samar dan natural). Ehh ternyata bleaching itu jadi nagih buat saya. Soalnya bikin takjub, tadinya warnanya gini, eh bisa jadi gitu. Kaya nonton sulap. Jadilah kalo lagi suntuk, saya suka iseng nambahin helai rambut buat dibleaching wakakakaka...... Alhasil, rambut di kepala yang tadinya babylights sekarang mulai jadi highlights, mana chunky lagi a.k.a banyak-banyak.

Trus sekarang jadi bingung, ni rambut warnanya brassy belang-belang enaknya diapain. Ada yang berhasil sampe level 9-10 (kuning-kuning pucat), ada yang masih stuck di oranye keemasan dan oranye kemerahan. Kalau pakai color wheel theory, saya butuh banyak warna buat melawan brassiness hasil keisengan ini wahaha....

Tahapan bleaching rambut

Color wheel theory (sumber)


Saya jadi ingat, pernah nemu video bule (di sini) tentang cara praktis membasmi warna brassy di rambut dark blonde pakai cat semi permanen warna silvery grey. Kalau menurut gambar color wheel di atas, sebetulnya warna abu-abu gak masuk hitungan untuk color correction. Tapi si cewek bule tadi sukses tuh, hasilnya oke. Saya jadi penasaran juga toh.

Nah selanjutnya saya pun hunting cat rambut warna abu-abu. Yang jadi masalah, pewarna rambut semi permanen sepertinya kurang populer. Merk yang bisa dibeli secara bebas sangat terbatas pilihannya. Mau ikut PO jastip atau cari di Ebay agak males, soalnya cuma mau coba-coba ini, mending murah-murah aja dulu lah. Satu merk yang cukup menarik perhatian saya adalah Miranda. Varian warnanya yang terbaru sepertinya cukup ngehits juga, MC-16 dengan label Ash Blonde. Kalo gambar rambut cewek di boksnya sih bukan blonde tapi abu-abu. Entah gimana nanti hasilnya. Kalaupun gagal, harga sembilan ribuan sih mestinya gak bikin nyesek-nyesek amat.

Selain Miranda shade MC-16 Ash Blonde, saya juga jaga-jaga beli MC-2 Blue untuk melawan oranye dan MC-13 Rose Purple untuk melawan kuning. Rencananya mau dicampur semua dengan perbandingan 1 tube MC-16 dan masing-masing sekitar 1/3 atau 1/2 tube untuk MC-13 dan MC-2.

Bahan-bahan yang digunakan

Kelengkapan isi boks

Petunjuk bahasa Indonesia
di samping boks

Petunjuk Bahasa Inggris
di sisi satunya

Peralatan mewarnai rambut
Jangan lupa tisu dan cermin

Hari Pertama - Miranda MC-2 dan MC-13
Saya awalnya mencampurkan warna biru dan rose purple terlebih dahulu. Perbandingannya 1/3 tube (10gr) biru dan 1/2 tube (15gr) rose purple. Di atas, saya sempat menyebutkan ada rencana mencampur ketiga warna Miranda yang saya beli. Tapi setelah meracik warna biru dan rose purple, saya ganti rencana. Mendadak inget, saya pernah nemu beberapa review bahwa mencampur biru dan rose purple bisa menghasilkan warna abu-abu juga. Okelah coba ini aja dulu. Langsung saya tuang aja developer 10vol Makarizo dengan takaran 25gr (ratio 1:1 dengan krim pewarnanya).

Timbangan dapur digital
Murah kok, cuma 30an ribu

Saya baru kali ini kenalan langsung sama pewarna rambut Miranda. My first impression adalah aroma amonianya alamaakkkk..... Sumpah gak tahan, pengen muntah. Saya sampai ngacir pindah tempat ke area rumah yang lebih terbuka. Waktu lihat adonan pewarnanya, saya sempet bimbang. Duh apa tega ya rambut ini ditemploki benda yang baunya menjijikkan gini.

Akhirnya tetep ditega-tegain aja sambil meringis-ringis nahan bau. Dan ternyata warna hasilnya adalah gelap segelap-gelapnya.... Rambut saya jadi jet black a.k.a level 1 wakakakakaka.... Mungkin harusnya saya ikut-ikutan nyampur pakai conditioner kaya orang-orang biar warnanya gak terlalu kuat. Yahh namanya juga baru pertama nyoba. Well oke, katanya Miranda ini gampang luntur. Kayanya saya jadi harus sering keramas nih.

Hari Ke Dua - MC-16 Ash Blonde
Sebelumnya, ketika mengecat pakai MC-13 dan MC-2, saya membagi rambut saya menjadi 3 layer horisontal, dari luar ke dalam. Karena rambut saya panjang dan helaiannya banyak, adonannya gak cukup untuk semuanya, jadi saya batasi hanya kena layer pertama (terluar) sampai layer ke dua saja. Nah layer ke tiga yang tak tersentuh adalah yang paling dalam. Layer ini adalah area rambut yang paling banyak kena eksperimen bleaching, jadi paling terang. Potensial diwarnai apapun sehingga cocok untuk eksperimen ash blonde.

Nahh Miranda MC-16 ini ternyata agak beda. Sepertinya isinya sudah mengalami revisi. Sebelum menuangkan krim developer, saya sempat menyiapkan mental, bersiap untuk menghadapi lagi aroma yang memabukkan. Eh ternyata tidak, sodara-sodara, memang baunya masih ada tapi gak terlalu kuat. Sewaktu eksekusi dua warna yang sebelumnya, saya rasanya kaya duduk di dalam got mampet yang mana air gotnya buat keramas huhu.... Yang ini enggak. Sebagai orang yang sudah biasa mewarnai maupun bleaching rambut sendiri, saya menganggap Miranda shade MC-16 memiliki aroma amonia yang masih bisa ditolerir.

Ada satu lagi yang saya perhatikan. Pewarna rambut Miranda ini pedes di mata. Ehhh saya bukannya ngolesin ke mata lho. Tapi kalau pas ngerjain rambut sekitar wajah (fringe area), mata berasa semriwing. Beneran kuat banget amonianya. Jadi rambut di fringe area musti ditarik jauh-jauh dari wajah sewaktu mengaplikasikan pewarnanya.

Hasilnya
Sewaktu proses pewarnaan, entah kenapa sepertinya
ada segumpal rambut yang ketinggalan.
Baru liat pas udah dibilas.
Tapi jadinya malah jadi gampang buat bikin penampakan before-afternya.

Di atas, saya sempat komentar kan bahwa gambar rambut cewek di kotaknya bukan ash blonde melainkan abu-abu. Ternyata memang hasil warnanya abu-abu gelap, plus ada samar-samar kehijauan. Hijaunya seperti apa yaa, mungkin bisa dibayangkan semacam perpaduan lumut dan lumpur. Lalu di bagian rambut yang bleachingnya gak sampai kuning terang (hanya oranye kemerahan), warna brassy orange-nya berhasil hilang tapi gak jadi lebih gelap ketimbang bagian ujung. Jadinya rambut saya yang sebelumnya gradasi gelap ke terang, hasilnya malah jadi belang. Bagian atas yang masih virgin berwarna gelap, masuk ke area bleaching bertransisi menjadi cokelat, tapi di ujung balik gelap lagi menjadi keabu-abuan.

Setelah 3-4 kali cuci rambut,
MC-16 mulai pudar abu-abunya

menjadi greyish blonde

Setelah 5-6 kali cuci rambut
Greyish blonde hasil dari MC-16 

yang ada di foto sebelumnya 
memudar jadi dark ash blonde.
Sementara rambut hitam hasil
gabungan MC-2 dan MC-13
memudar jadi abu-abu

Kesimpulannya?
- Gabungan shade MC-2 dan MC-13 menghasilkan warna gelap dan dapat memudar menjadi abu-abu (pure grey).
- Shade MC-16 Ash Blonde pada rambut yang dibleaching sampai kuning (level 9-10) hasilnya abu-abu gelap agak kehijauan dan dapat memudar jadi light ash brown atau dark ash blonde.
- Shade MC-16 Ash Blonde dapat mengurangi brassy pada rambut oranye menjadi cokelat natural.
- Berbeda dengan MC-2 dan MC-13, aroma amonia pada MC-16 jauh lebih samar
- Pewarna rambut Miranda mengeluarkan gas amonia yang kuat sehingga berasa pedas di mata. Sebaiknya mengaplikasikannya dijauhkan dari wajah
- Harganya murah meriah
- Mudah dibeli secara online
- Catatan pribadi: Aroma conditioner bawaannya lebih mirip body lotion dan gak terlalu membantu menutupi sisa-sisa bau amonia setelah dibilas.
- Pada Miranda MC-16, rupanya ada tiga macam warna swatch yang ditunjukkan di boksnya. Jadi bagaimana kesesuaian hasil dengan swatchnya? Hmmm disimpulkan sendiri dari gambar di bawah ini aja deh

Timeline hasil pewarnaan
di bawah natural light
Menurut saya, pewarna rambut Miranda ini lumayan oke, dapat menjadi alternatif pilihan andai dalam keadaan darurat harus nutup rambut yang gagal hasil bleaching. Ketidakawetan warnanya justru menguntungkan karena gak membuat saya terpaksa terikat pada satu warna rambut dalam jangka waktu lama. Sembari menunggu warnanya memudar, bisa memberi waktu berpikir enaknya setelah ini rambutnya diapain lagi yaa. Tapi secara pribadi, baunya sebetulnya bikin agak-agak males mengulang pengalaman ini lagi haha.....

Sunday, December 3, 2017

Mixed Brief Review: New Hair Regime For Healthy Colored/Bleached Hair Ala Saya

Sejak pertama kali mewarnai rambut sekitar dua setengah tahun yang lalu, saya mulai menghadapi masalah yang namanya frizzy hair alias rambut terlihat kurang sehat dengan ujung-ujung yang mencuat mengembang melayang-layang. Hiks..... Saya cobain macem-macem, mulai dari yang alami seperti olive oil, coconut oil, sampai dengan produk buatan seperti conditioner serta vitamin rambut yang gampang diperoleh di banyak mini market, maupun yang harus dibeli di tempat-tempat khusus seperti John Frieda dan TBS. Sayangnya satupun belum ada yang hasilnya memuaskan hati. Sementara kalau diketik di gugel, keyword 'cara merawat rambut kering akibat pewarnaan' itu sangat populer sementara isi artikelnya rata-rata hampir sama, cuma sederet tips tanpa hasil yang nyata.

Haha rambut saya gak sampe segininya sih
Tapi sebagian sudah mulai mengarah ke sini

Suatu ketika, saya iseng join sebuah forum yang khusus ngobrolin serba-serbi rambut. Dari menyimak obrolan sana-sini, saya mendapat tambahan wawasan bahwa rambut yang terlihat kering gak sehat akibat proses pewarnaan maupun bleaching bisa juga disebabkan oleh hilangnya protein. Kalau udah gitu, maka butuh yang namanya protein treatment. Hmmm jadi bisa dimaskerin pake telor, madu, pisang, alpukat, atau mayonaise kali ya, biar alami kaya yang sering disebut-sebut di dalam banyak artikel? Sayangnya sembilan puluh persen praktisi rambut di sana bilang: it's a big NO. Penjelasannya, molekul protein pada bahan-bahan alami terlalu besar untuk diserap rambut, jadi setelah dibilas ya bakalan ilang bersama air. Hal ini berbeda dengan protein treatment yang biasa dilakukan di salon profesional, di mana produk-produk yang digunakan mengandung elemen protein yang sudah diuji di lab dan diproses sedemikian rupa sehingga mudah diserap oleh helaian rambut. Yah entah benar atau tidak, saya pilih percaya aja. Terus terang saya gak minat lagi nemplokin ramuan madu-telor ke rambut. Masih kebayang aja rempong bin amis dan lengketnya. Itu amisnya telor gak ilang sampe berhari-hari coba. Wew....

Butuh protein atau moisture?
Sumber: di sini

Sekedar referensi, rambut kebanyakan moisture
tapi kurang protein
Sumber: di sini

Lalu apa yang mau saya review di sini?
1. Joico K-Pak Deep Penetrating Reconstructor dan Joico Intense Hydrator
Joico adalah brand yang direkomendasikan hampir setiap hairstylist maupun DIY-ers di banyak forum rambut. Line K-Pak diformulasikan khusus untuk memperbaiki rambut yang rusak akibat proses kimia, terdiri atas beberapa macam produk, dari sampo hingga masker. Joico K-Pak Deep Penetrating Reconstructor pada khususnya, ternyata memang banyak direview sebagai salah satu produk yang sangat efektif mengembalikan protein sehingga paling dicari. Saya lihat ratingnya bagus di mana-mana. Harganya yaa lumayan sih ya haha.... Tapi sekali pakai iriiiitt banget, jadi satu tube mungkin bisa lah dipake sampai setahun. Toh pakainya juga gak sering-sering. Cara pakainya, setelah keramas dan rambut dalam keadaan lembab, aplikasikan Reconstructor ke batang rambut secara merata. Tunggu sampai lima menit kemudian bilas sampai bersih. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengaplikasikan Intense Hydrator dalam keadaan batang rambut masih lembab dan biarkan minimal lima menit. Intense Hydrator ini gak harus dikombi sama Reconstructor. Dia juga bisa dipakai sendiri sebagai conditioner atau masker. Oya, rambut dalam keadaan lembab itu artinya rambutnya masih agak-agak basah tapi udah gak ada lagi air yang menetes. Salah satu caranya bisa dengan membungkus rambut basah pakai handuk atau kain kaos selama beberapa waktu setelah selesai keramas.
Kesan selama ini setelah beberapa kali pakai, hasilnya memang beneran membuat rambut terasa lebih sehat. Cuman saya perhatikan, bagian yang rusak banget masih bandel bertahan kering kusam meski udah keliatan membaik juga sih sebetulnya. Mungkin ekspektasi saya terlalu berlebih. Beberapa praktisi rambut bilang: once it's dead, it's dead.

2. Matrix Biolage Ultra Hydrasource
Terlalu banyak perawatan protein bisa bikin rambut justru jadi rapuh. Jadi diperlukan juga produk penghidrasi rambut yang gak mengandung embel-embel keratin maupun protein untuk diselang-seling dengan protein treatment. Dari banyak produk penghidrasi rambut yang direkomendasikan para pro di forum tersebut, yang bisa saya temukan di pasaran lokal cuma si Matrix Biolage ini. Awalnya saya cari conditionernya, kok gak nemu. Yasud, beli hair masknya aja. Ternyata wujudnya gede banget, isinya buanyak hampir setengah kilogram, padahal harganya relatif murah. Ini sih setahun juga gak bakalan abis (kecuali saya buka salon hehe). Cara pakainya sama dengan pakai hair mask biasa. Setelah selesai keramas, dilanjut masker Matrix Biolage yang diaplikasikan ke rambut lembab dan didiamkan selama beberapa menit.
First impression pakai ini, rambut kayanya malah jadi megar, banyak yang melayang-layang. Jadi begitu rambutnya udah kering, lohh kok malah jadi keliatan lebih ngembang dari biasanya. Waduh gimana ini. Mana banyak banget lagi. Trus mo diapain dong iniii, open for share aja kali ya wakakaka....

3. The Body Shop Rainforest Moisture Conditioner
Tau gak sih? Sebetulnya gak ada satupun produk rambut TBS yang direview oleh praktisi rambut manapun yang saya temui di internet. Boro-boro direkomendasiin, disebut-sebut aja enggak. Tapi kenapa ikut saya review? Karena ini nanti endingnya bagus xixixi...
Ini aseli conditioner paling unik yang pernah saya temui. Konsistensinya sangat kental padahal tutupnya fliptop, alhasil susah dikeluarin dari botolnya. Jadi saya nyimpannya dalam keadaan terjungkir sehingga produknya ngumpul di leher botol. Untuk mengeluarkannya, yang dibuka tutup ulirnya lalu botolnya agak dipencet sambil dihentak. Instruksi penggunaannya juga unik: harus dicampur dengan sedikit air baru diaplikasikan ke rambut. Dan yang makin bikin unik, nyaris ga ada efeknya sama sekali. Masih lebih enakan pakai Pantene atau Dove. Trus ini sebetulnya apaan sih ya?

4. The Body Shop Rainforest Radiance Detangling Spray
Ini adalah semacam leave-in conditioner dengan fungsi detangler yang diperuntukkan bagi rambut yang diwarnai, semacam itulah klaim di botol maupun websitenya. Hmm menarik dicoba. Kesan pertama waktu beli: suka deh sama botol spraynya. Gak bakalan saya balikin buat ikutan program Bring Back Our Bottle wahahaha... Wanginya enakkk. Isinya banyakkk. Apakah sukses sebagai detangler? Hmmm rambut saya gak pernah kusut sih sebenernya. Setelah pakai ini, tetep seperti biasa aja. Gak bikin lebih smooth, gak bikin lebih alus, gak bikin lebih berkilau, pokoknya gak bikin gimana-gimana lah. Gak bikin lepek juga, malah kesannya jadi volumized dan terlihat sedikit kering. Oke, ini juga bukan sesuatu yang saya cari.

Koleksi perawatan rambut ekstra
untuk rambut diwarna/dibleaching
1. Matrix Biolage Hydrasource
2. Joico K-Pak: a. Deep Penetrating
Reconstructor; b. Intense Hydrator
3. The Body Shop Rainforest: a. Radiance
Detangling; b. Moisture Conditioner

Review di atas adalah berdasarkan pengalaman ketika saya menggunakan masing-masing produk sendiri-sendiri secara normal sesuai instruksi di kemasannya. Nah akan tetapi tiba-tiba tanpa sengaja, saya menemukan bahwa ketika semuanya dipakai sekaligus, hasilnya malah mengejutkan. Rambut saya jadi keliatan normal dan sehat. No frizz, no megar, no lepek. No damage!! Yang saya lihat cuma rambut asli saya yang sudah dua tahunan ini tidak saya temui akibat diwarnai dan dibleaching, minus warna hitamnya tentu.

Gimana cara pakainya? Apa langsung templak-templok gitu aja? Essentially yes, meski secara teknis ya gak gitu-gitu amat juga. Pertama saya mengaplikasikan duo produk Joico sesuai instruksi. Setelah rambut dibilas dan dalam keadaan lembab, kemudian dilanjut TBS Moisture Conditioner yang mana langsung ditimpuk sekalian pakai Matrix Biolage lalu didiamkan agak lama. Setelah selesai dibilas lagi, kembali dalam keadaan lembab, rambut disemprot TBS Detangling Spray, disisir-sisir pakai jari biar agak rapi lalu dikeringkan pakai hair dryer. Saya sebetulnya jarang pakai hair dryer kecuali kepepet, tapi terus terang bosen banget udah berjam-jam mondar-mandir dalam keadaan rambut basah. Nah pada saat rambut sudah benar-benar kering, saya pun cukup surprised melihat hasilnya pas ngaca. Terbayang sebelumnya, saya bakalan lihat rambut yang rada ngembang-ngembang gitu macam biasanya, apalagi ditambah kena panas hair dryer. Eh ini kok ternyata enggak. Rambut terlihat normal dan sehat. Sebagian rambut yang masih agak lurus menggantung kaku akibat kena bleaching, terlihat kembali elastis, luwes mengombak (rambut saya emang berombak). Bagian lain yang wujudnya jadi mirip gula-gula kapas akibat overprocessed kena bleaching sampai level 9/10, bisa balik keliatan kaya rambut lagi. Ah pokoknya seneng banget lah. Dan setelah hampir seminggu, keadaan membahagiakan ini ternyata masih bertahan. Wow, I'm so in love!!

Sekarang saya jadi bertanya-tanya. Ini berkat jasa produk dan tahapan yang mana sebetulnya? Apa iya memang harus dipakai semuanya gitu? Soalnya niat awal main templok tadi sebetulnya cuma karena pengen cepet ngabisin produk TBSnya aja xixixi..... Waaah kalo gini kayanya saya perlu bikin eksperimen lagi nih. Jadi penasaran pingin nemuin best hair regime yang bisa bikin rambut saya balanced begitu terus.


Saturday, November 4, 2017

[Part 2] Menutup Rambut Akar a.k.a Mensiasati Puding Hair - Lowlights


Rambut ombre ala Ciara

Ini adalah tulisan lanjutan tentang bagaimana agar tidak perlu bolak-balik mewarnai rambut untuk menutupi rambut bagian akar yang baru tumbuh supaya tetap keren dan gak belang-belang. Tapi ini khusus untuk yang suka mewarnai rambut dalam rangka fashion yaa. Soalnya kalau treatment pewarnaan uban caranya agak berbeda.

Pada Part 1 yang lalu, saya menulis tentang shadow root, yakni menciptakan area transisi warna sehingga rambut terlihat bergradasi gelap-menuju-terang secara natural. Nah pada tulisan kali ini, saya membahas trik lain yang juga menarik juga untuk dicoba yakni lowlights.

Definisi lowlights adalah kebalikan dari highlights. Keduanya sama-sama menjadikan rambut jadi lebih berdimensi dan berkesan sunkissed look. Perbedaanya, highlights dibuat dengan cara membuat beberapa helai rambut menjadi lebih terang warnanya sementara lowlights justru menjadikannya lebih gelap. Seperti gambar di bawah ini.

Menambah lowlights pada
rambut blonde

Dari gambar di atas, bisa dilihat bahwa lowlights artinya menambahkan dimensi warna yang lebih gelap pada rambut. Pewarna yang digunakan adalah 1-2 tingkat lebih gelap dari warna rambut keseluruhan dan diaplikasikan pada beberapa helai rambut secara selang-seling. Sebagai catatan, gaya ini lebih cocok untuk yang rambut akarnya masih pendek banget alias bener-bener baru numbuh dan keliatan cuma dikit. Kalau rambut aslinya udah numbuh sekitar 10an cm, mending dikombinasikan dengan shadow root juga, biar gak aneh.

Lowlights dan shadow root


Untuk menciptakan lowlights, dibutukan teknik pewarnaan dengan menggunakan foil. Saya pernah nemu di sebuah blog DIY yang mengatakan bahwa foil itu dipakai cuman biar rapi aja. Hmmm bukan begitu juga kali yaa... Foil digunakan untuk memisahkan helai-helai rambut yang dikerjakan menggunakan teknik atau warna yang berbeda agar tidak saling tumpang tindih sehingga masing-masing proses tidak terganggu. Pada proses bleaching, foil membantu mempertahankan suasana lembab untuk mencegah krim bleaching mengering dan kehilangan daya kerjanya.

Teknik foil akan dibutuhkan juga dalam menciptakan lowlights. Fungsinya jelas, yakni menjaga agar cat warna gelap yang digunakan hanya mengenai helaian rambut yang sudah dipilih, gak mampir-mampir ke tetangganya. Tar bisa belang-blonteng dong. Sedikit tips buat DIY-ers, karena teknik foil ini gampang-gampang susah bin merepotkan, cek dulu bagaimana rambut kita biasanya disisir, mana poninya, belahannya di mana. Kemudian aplikasikan foil cuma di bagian yang bakalan paling terlihat aja, misalkan paling luar. Kalau rambutnya suka dikucir, ambil juga rambut bagian bawah (dekat leher) yang bakalan kelihatan. Yaaa agak tricky-tricky dikit lah. Namanya juga DIY hahaha.... Tapi kalau di antara teman-teman DIY-ers ada yang OCD, gemes banget sama kerjaan separuh-separuh, mengaplikasikan foil ke seluruh kepala juga boleh aja. Bikin foil buat lowlights ini relatif lebih gampang ketimbang bikin higlights karena gak butuh cepet.

Karena tujuan lowlights di sini adalah untuk menyamarkan rambut akar yang baru numbuh, maka warna pewarna rambut yang dipilih sebaiknya mendekati warna asli rambut kita. 'Kita' di sini maksudnya orang Indonesia yaa, jadi jelas warna rambut akarnya pasti gelap. Sama halnya dengan shadow root, pewarna rambut yang digunakan sebaiknya dicampur dengan krim developer dengan konsentrasi peroksida di bawah 20vol.


Krim developer
peroksida rendah

Sebetulnya pewarna rambut dengan konsentrasi peroksida rendah masuk kategori tersendiri yakni sebagai pewarna jenis demi permanen. Pewarna jenis ini rendah amonia karena memang ditujukan bagi yang ingin mewarnai rambut tanpa membuat jadi lebih terang (tone on tone) atau malah menjadikan lebih gelap (going darker). Tapi sayangnya, pilihan produk pewarna rambut demi permanen di Indonesia cukup terbatas. Berbeda dengan di luaran sana yang ada banyak pilihan. Untuk mengakalinya (DIY-ers harus banyak akal kan ya), bisa pakai pewarna rambut permanen yang dijual di pasaran tapi dengan krim developer yang dibeli terpisah. Seperti yang pernah saya sebutkan di Part 1 (link), Makarizo memproduksi krim developer 10vol dan Activator 2% sementara dari Loreal ada Deactivateur 9vol. Bisa juga sih pakai krim developer yang sudah disertakan dengan krim pewarnanya, tapi sebelumnya diturunkan dulu konsentrasi peroksidanya dengan mencampurnya dengan air non mineral atau bisa juga menggunakan conditioner.


Pewarna demi
permanen
Di akhir tulisan ini, saya sertakan link video tutorial bikin lowlights. Ada dua versi: versi salon untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang lowlights, dan versi DIY (at home) supaya bikin gemes pengen cepet praktek ngahahahaha.... Trial n error is fun selama kita membekali diri dengan pengetahuan. So, have fun ^^

Lowlights ala salon

Tutorial bikin lowlights sendiri

Disclaimer:
Saya bukan penata rambut profesional, just a hair enthusiast dadakan yang jadi rajin learning by stalking blog maupun forum rambut akibat 2x ngecat rambut di salon dan mendapati ternyata gak semua kapster yang bisa ngecat rambut itu paham sama produk pewarna rambut *ugh*

Link menarik:
Seputar krim developer 
Demi permanent?
Bleaching rambut hitam

Friday, October 27, 2017

[Part 1] Menutup Akar Rambut a.k.a Mensiasati Puding Hair - Shadow Root

Akhirnya, setelah cukup lama hibernasi menulis, saya kembali menjamah blog ini. Hp sempat rusak, ide mampet, lengkaplah sudah. Lalu kenapa saya mendadak jadi mau posting tulisan lagi? Karena tiba-tiba kepingin berbagi cerita. Saya kan di rumah gak punya teman untuk ngobrolin topik yang aneh-aneh ahahaha....

Kali ini cerita tentang rambut. Dua tahun belakangan, rambut saya belum pernah balik virgin lagi. Tahun 2015 lalu, sekitar seminggu sebelum kelahiran anak ke dua, saya memutuskan untuk mengeksekusi rencana lawas untuk berganti warna rambut. Di awal kehamilan, saya dilarang dokter. Setelah perut membulat gede banget, saya pikir ok this is the time, now or never. Soalnya saya yakin pasti gak bakalan punya waktu lagi buat ngurus diri sendiri setelah lairan. It's time for pampering myself before the newborn invasion hahahahah....

Saya perhatikan, biasanya orang jadi ketagihan dan suka ganti-ganti warna secara berkala setelah nyobain ngecat rambut untuk pertama kali. Kenapa? Salah satunya karena merasa harus bin wajib. Ngerasa harus ngecat lagi karena rambutnya udah mulai numbuh dan warnanya jadi belang, beda akar sama ujungnya. Malahan beberapa blogger ngasi julukan puding hair, padahal puding kan enak ya.....

Rambut numbuh baru 
a.k.a regrowth

Bayangkan suatu ketika berhasil memperoleh warna rambut yang diidam-idamkan trus tiba-tiba muncullah si akar belang. Kalau ditimpa cat lagi, sayang juga, warnanya udah bagus. Kalau dibiarin panjang, jadi belang a.k.a puding hair. So how? Bisa diakalin pakai gaya shadow root.

Shadow root blonde
Gaya shadow root juga dikenal dengan sebutan-sebutan lain seperti root smudge, root melt, atau sombre. Tujuannya semua sama, yakni untuk menyamarkan batas perbedaan warna rambut antara ujung dengan akar yang baru numbuh. Cara ini cocok buat yang kepingin membiarkan rambut aslinya tumbuh panjang tanpa perlu merusak penampilan. And plus the low maintenance too, gak usah repot mikir ngecat lagi buat sementara waktu ke depan tapi bisa tetep cakep *kibas rambut*.

Pada prinsipnya, shadow root adalah wujud sikap menerima kenyataan bahwa rambut kita aslinya memang gelap hahaha.... Yah semacam itu lah. Jadi alih-alih ditutupi, akar rambut yang gelap itu tadi justru diekspos dengan cara root stretch, dipanjangin. Caranya? Cari warna cat yang senada dengan warna rambut di bagian akar, lalu diaplikasikan mulai dari dekat akar sampai ke bawah beberapa senti, lalu dibaurkan (blend) sehingga tercipta gradasi. Buat teman-teman yang suka DIY a.k.a ngecat sendiri di rumah, saya bagikan link tutorialnya di akhir tulisan. Sementara yang gak pengen repot-repot dan milih dikerjain di salon, tinggal googling gambar dengan keyword di atas, lalu diprint pake resolusi tinggi dan tunjukin ke orang salonnya.

Shadow root red hair

Idealnya, untuk menghasilkan shadow root yang sukses, diperlukan cat rambut semi permanen yang tidak mengandung amonia, atau cat demi permanen yang amonianya sangat rendah. Contoh cat rambut jenis ini yang beredar di Indonesia setahu saya produk keluaran Loreal yaitu Dialight dan Diarichesse. Bisa dibeli di toko supply barang-barang salon.

Loreal Diarichesse (atas)
dan Dialight

Buat teman-teman DIY-ers, saya yakin kalian sangat kreatif untuk tidak terpaku pada produk tertentu. Yang perlu diingat, shadow root pada prinsipnya adalah toning yang menggelapkan, jadi gak perlu mengangkat warna rambut. Untuk itu, hindari krim developer 20vol ke atas. Pakai cat rambut kotakan yang biasa dijual bebas sebetulnya bisa, asalkan jangan lupa menurunkan konsentrasi oksidan di dalam krim developernya. Atau bisa juga mengganti krim developer bawaannya dengan krim developer lain yang 10vol ke bawah misalnya merk Makarizo atau Loreal Diactivateur.

Berikut ini ada beberapa video tutorial yang menurut saya cukup informatif dan sangat membantu. Trial n error is fun selama kita membekali diri dengan pengetahuan. So, have fun ^^

Aplikasi shadow root ala DIY

Aplikasi shadow root ala salon

>> Part 2

Disclaimer:
Saya bukan penata rambut profesional, just a hair enthusiast dadakan yang jadi rajin learning by stalking blog maupun forum rambut akibat 2x ngecat rambut di salon dan mendapati ternyata gak semua kapster yang bisa ngecat rambut itu paham sama produk pewarna rambut *ugh*

Link menarik:
Killerstrands
Bellatory
Salongeek

Tuesday, November 25, 2014

Cerita Sedih & Horor

Semar, Gareng lan Bagong dolan neng Suroboyo tilik Petruk.
Wong 3 kuwi nginep neng Hotel JW Marriott, kamar neng ting kat 45.
Awan nganti bengi wong 3 dolan neng Mall, pas balik hotel, tekan Lobby listrike mati dadi kudu lewat tangga.

Ben ora kroso leh munggah wong 3 bagi tugas. Seko tingkat 1- 15, Semar kudu crito sing lucu2, njur seko tingkat 16-30, Gareng kudu crito sing medeni, njur seko tingkat 31- 45, Bagong kudu crito sing sedih-sedih.

Wong 3 mulai munggah, Semar mulai crito lucu2, wong 3 ngguyu2 ora kroso wis tekan tingkat 15. Banjur Gareng crito sing medeni marai tegang, ngerti2 wong 3 wis tekan tingkat 30.

Giliran Bagong kudu crito.
Bagong (ekspresi rupo sedih): "Iki ceritone sedih buanget... Aku sakjane seko mau aku arep crito, tapi wedi nek marai jengkel."
Semar : "Crito o wae cepet, rapopo wis meh tekan tingkat 40!"
Bagong : "Ngene... Lho... Kunci kamar e ketinggalan neng mobil.."
Gareng : "Bagooooooooong... Ngopo ra crito ket mau?"
Bagong : "Lha aq durung entuk giliran crito!!!"

Njut Bagong & Gareng mudhun maneh meh njipuk kunci kamar.
Semar gandheng wis tuwo ora melu.

Tekan ngisor parkiran Gareng ngomong,"Gong, aku ana crita horor kie..."
Bagong,"Horor piye Reng?"
Gareng,"Kunci mobile digowo Semar..."

Sunday, April 8, 2012

My Beauty Haul Super Flash

Baiklah....
Setelah beberapa bulan yang lalu rajin menyambangi berbagai review-review MUA serta thread Makeup Addict di FemaleDaily dan terkena racun habis-habisan, saya akhirnya menyerah. Setumpuk jar 5ml isi sample foundation hasil hunting di 'pasar' FD sekarang cuma nangkring dengan manisnya di rak gantung dalam kamar. Lalu ada dua atau tiga sample BB cream yang cuma sempet dicolek sekali masing-masing, beberapa batang lipstik dan lipgloss, dua atau tiga compact powder dalam laci, tiga application brush, dua botol liquid eyeliner, sepalet cream concealer, sewadah bronzing pearl yang lebih sering terlupakan keberadaannya meski di depan hidung...trus apa lagi yaaa?

Sebenarnya siiiih, saya tidak terlalu terpengaruh dengan craziness for trying many brands yang menggejala dalam thread-thread tersebut, tapi semangat gila dandan mereka lah yang sedemikian merasuk dalam sukma ini *bahasa yang lebay* hingga mendorong saya ikut-ikut gila lenongan, termasuk yang high end pulak. Sebut saja, MUFE, Shu Uemura, Channel, MAC, Dior..... Yes, setidaknya saya sempat menghabiskan sekian jeti gara-gara kegilaan sesaat ini *hiks*.

Wednesday, March 28, 2012

Paket Dari Jepang

"Ada paket ni dari Jepang, dirimu belanjanya jauh amat sih,"

Pesan Whatsapp dari misua muncul pagi itu di tengah-tengah kejenuhan suasana kuliah. *gila, pagi-pagi udah jenuh aje, dasar mahasiswa gak niat :D* Yieee paket belanjaannya udah dateng. Fiuh fiuh, seandainya gak lagi di kelas, udah jingkrak-jingkrak aja kali ya*lebay* Paket yang alamatnya nebeng alamat kantor misua itu remained untouched by custom alias masih utuh. Kenapa nebeng alamat kantor? Biar gak ditanyain sama orang-orang rumah yang suka kepo. Bisa kebayang betapa belibet interogasinya karena pada ngeliat amplop full tulisan Jepun itu. Bakal susah ngeles deh :D

Saturday, March 19, 2011

Review: Pearl Shine Make Up Base

Ever heard of Beauty Credit?
Untuk yang belum tahu, itu adalah salah satu brand kosmetik asal Korea. Seperti yang kita semua tahu, produk-produk kecantikan asal negeri ginseng tersebut sekarang lagi booming. Banyak betul online shop di Tanah Air yang turut serta memasarkannya. Janji-janji yang menggiurkan yang ditawarkan adalah berupa kulit putih kinclong, yang cling, bebas jerawat ataupun bebas penampakan jerawat, kulit mulus, kulit bersinar, de es be de el el..... Dan kalau sudah dengar kata Korea, pasti pikiran orang bakal tertuju pada arti-artis Korea idola abegeh yang sedang naik daun dan memang kinclong-kinclong itu. Tentu saja, terlepas dari kontroversi apakah kinclongnya itu sebagai hasil treatment kecantikan atau hasil sulap-menyulap alias operasi plastik.

Thursday, March 17, 2011

Barbie Eye

Saya teringat dengan wishlist tak bermutu postingan tahun kemarin. Haha benar-benar saya tidak pernah berpikir akan benar-benar memenuhinya. Mata saya cipit, dan adalah pikiran yang gila jika saya berharap bisa membuat mata saya terlihat lebar dan cantik seperti model-model barbie lens itu. Malu rasanya berperilaku seolah saya tidak mensyukuri anugerah-Nya pada saya :) (tentu saja itu juga disertai oleh harga yang tak masuk akal pada masa itu jika mengingat bahwa adanya keinginan ini bukanlah dilatarbelakangi oleh kebutuhan melainkan sekedar pingin-pinginan ajaahhh :p)

Lamaaa sekali saya sudah melupakan pikiran gila itu hingga suatu hari saya menemukan website ini. Seller di website tersebut menjual lensa kontak dari berbagai macam merk, termasuk label GEO dan Japan Barbie Eye. Yang membuat saya langsung takjub adalah harga yang ditawarkan untuk lensa-lensa mata barbie itu jauh dibawah harga pasaran. Free ongkir pulak!

Aaarrghhhh.............nafsu belanja saya pun terkilik-kilik X(
Semangat hidup kembali bangkit *lebay*
Tapi eiiitts, tunggu dulu. That was just too good to be true. Sebagai wanita berpendidikan, otak harus dipakai. Kalo gak, bisa sayang nanti duit SPP yang telah dihambur-hamburkan oleh orang tua supaya saya bisa makan bangku sekolahan *rayap kalii* :p

Saya main-main ke fesbuk sang seller. Saya telusuri tembok alias wall fesbuknya dan mengajak kenalan beberapa buyernya. Daaaan baiklah..setelah mendapatkan berita-berita yang cukup memantapkan hati, saya pun mencoba order sepasang contact lens berlabel Japan Barbie Eye Super Nudy dengan ukuran plano. Aslinya saya berkacamata minus 4, tapi saya tidak mau bertaruh dengan memakai lensa kontak berukuran minus tanpa rekomendasi dokter.
She's a recommended seller. Responnya cukup cepat. Selain itu, saya hanya perlu mentransfer kurang dari 160 ribu dan barang ternyata dikirim pake JNE Yes *yuhuu, no need H2C*




Spesifikasi
Color: Brown
Diameter: 15.8-16mm
Water content: 48%



Selain sepasang lensa kontaknya, saya juga mendapat sebuah lens case dan sebotol multipurpose solution merk omega ukuran 10ml for free. Cairan multipurpose tersebut sudah tidak ada penampakannya karena sudah habis :D Sang seller sepertinya lupa menyertakan bottle capnya sehingga berusaha saya habiskan secepatnya sebelum terkontaminasi banyak bakteri *sigh*


I prefer brown for natural look. Pink, violet, blue, green, or any other kebule-bulean colors make me feel like a vampire. *please no offense to those who like to be colorful* :D


Sebelum memakai soft lens



Sesudah memakai soft lens



Mencoba sedikit genit dengan menambahkan riasan sederhana pada bulu mata.



Dengan kacamata




Color 2/5
Not so impressed. It is not brown at all. Just some brighter color on my pupil like pale cream. Komentar my hubby,"Cieeeh....sayangku gayaaa deh, pake soflens ijo ya?" Whatt?? X(
Yang pasti, ternyata saya masih lebih suka warna asli mata saya :p

Enlargement 5/5
Efek pembesarannya cukup berarti buat mata kecil saya. Ukurannya tepat. Saya tidak ingin mencoba diameter yang lebih besar lagi karena pasti gak cukup di mata saya. Ukuran 16 mm aja sudah susah payah masangnya :D Mata saya jadi terlihat benar-benar belo karena hampir separuh dari luasan total kornea mata tertutupi oleh lensa. Oke, saya merasa sedikit terlihat bloon dengan mata sebesar itu hehehe.....

Comfort 4/5
This is my first time wearing contact lens, jadinya saya belum punya pembanding. Bahkan saya masih sering menemui kesulitan menaruh lensanya di mata hahaha.... Oh tidak, tidak. Sebelumnya, saya pernah membeli sepasang contact lens pre-loved merk GEO warna hijau milik seorang teman. Saya lupa menanyakan apa serinya, yang pasti diameternya lebih kecil. Mungkin sekitar 14 mm.
Setelah memperlakukan lensa tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah aturan yang benar dan memasangnya, saya hanya merasa nyaman sebentar. Dalam waktu kurang dari 1 jam, lensa hijau saya tadi jadi terasa panas, mengganjal, dan tidak enak di mata. It doesn't happen with the ones from Japan Barbie. Setelah hampir 4 jam, mata saya masih nyaman-nyaman saja meski mulai sedikit terasa kering. Ini dengan catatan, mulai dari proses pembersihan hingga pemasangan benar-benar sesuai prosedur yang baik dan benar lho ya. Yang pasti saya belum berani memakai lensa kontak keluar rumah. Belum pede, takut kenapa-napa hehe....



Perbandingan penampakan Japan Barbie Eye Super Nudy Brown (atas) dengan Geo something Green (bawah). Yang satunya wadahnya bener-bener besar dibandingkan isinya :D


Uh, umm.....satu hal yang pasti, jangan terlalu berharap lensa-lensa besar ini akan otomatis membuat mata kita secemerlang dan seblink-blink mata barbie yah. It needs a lot more works and money, karena dibutuhkan riasan mata yang pretty heavy dan ribet untuk menghasilkan mata secantik para model foto itu. Believe me, they all are fake. Buying circle lenses is just an early step :D



Masih penasaran bagaimana model-model cantik itu bisa memiliki mata yang terlihat soo big dolly blink blink? Nah, berikut ini adalah beberapa video tutorial yang berhasil saya temukan di Youtube. Ada buanyaaaak sebetulnya. Saya pilihkan yang talk less do more yah alias gak kebanyakan ngocehnya :D






Catatan:
All pictures above were taken using my bro's camera phone Samsung SGH-D900 yang auto focusnya membuat memotret dengan jarak super dekat menjadi hal yang menyenangkan, tentu saja terkecuali gambar-gambar yang ada mbak-mbak cakepnya lho yah :D

Monday, June 14, 2010

Offline Shopping Still Rocks


Berapa banyak online shopper yang mengeluhkan bahwa belanja online terkadang adalah what you see is not what you get? At least, hampir semuanya pernah merasakan punya keluhan yang sama. Even sOmetimes you buy something that doesn't deserve how much you have to pay for it. Bagai mengambil kucing dalam karung yah. Yang paling apes adalah kalau kucingnya gak dapet, eh malah digigit atau dicakar, alias ketepu mentah-mentah. Barang gak datang, duit melayang, sellernya juga tiba-tiba ikut ngilang. Gigit jari sambil dongkol beraat.

I'm a crazy online shopaholic. Bukan karena aku suka belanja, tapi lebih karena bosan. Sebelum jadi IRT dadakan gini, aku adalah manusia yang gak pernah berhenti punya aktivitas. Tapi yah you know lah, I got married, got pregnant, left my job and went back to my hometown, then my hubby begged me to be totally a housewive. Maybe some people will say blajar masak lah, atau jahit-menjahit lah, atau baca buku lah, atau jualan es jus lah, atau apa lagi lah... Yup benar, aku sudah bisa melakukan semuanya itu, tapi aku tidak menikmatinya. Masalah utamnyanya adalah, daku berasal dari background pendidikan engineering, terbiasa bekerja so very equal dengan para pria dan mengerjakan hal-hal yang menghasilkan perlakuan apresiatif yang sangat nyata dari rekan sejawat maupun atasan. Yeah oke, ini adalah benar-benar post power syndrome di usia dini (--'


Aku sangat menikmati proses belanja online. Again, not about the buying, but the process. Mulai dari so very excited lihat-lihat katalog, tanya-tanya barang, ngobrol dengan seller, nawar-nawar, menanti-nanti PM balasan seller, sampaiiii dengan puncaknya H2C nunggu barangnya datang. And when the package arrived, itulah saat antiklimaks di mana barang yang sudah kubeli pun tidak lagi semenarik waktu sebelum dibeli dan aku kembali mencari barang-barang buruan baru untuk memulai kesenangan itu dari awal. Sedikit-sedikit aku mulai bertransformasi dari seorang smart and very selective buyer menjadi crazy shopaholic yang selalu lapar mata, dari seorang yang bersikap hemat dan efisien menjadi pemboros yang sudah tidak peduli dengan nilai uang. (maklum, duitnya kan gak cari sendiri hehehe)

Sebenarnya banyak kecewanya juga sih blanja online itu. Seperti awal tulisan ini, terkadang ada seller yang begitu tinggi mematok harga sementara ketika barang sudah sampai.....aiiiih ini sih gak worthy banget sama duit segituu >.< Kadang kala bahan bajunya tipiiis banget dan kasar (ini mah harusnya gak nyampe 50 rebong!). Atau sepatunya gak bisa dipake coz bikin talinya gak sama panjang dengan solnya, alhasil musti pesen extension elastic ke tukang sepatu. Dikomplen halus pun gak ngrasa salah (atau emang gak paham kualitas barang?). Tapi kok gak kapok-kapok juga yah akunya. Brarti yang salah sapa dong? :p

Hingga a couple days ago...
Seorang teman cuap-cuap di Twitter tentang TBS sale. What?! TBS lagi sale?? Akhirnyaaa, sejak aku mengenal TBS, baru sekarang kabar sale-nya bisa nyampe kupingku. Dan oleh karena jin ifrit tukang shopping udah pewe ngendon numpang makan minum di dalam diriku, badan ini pun langsung panas dingin pengen cepet-cepet nyambangin konter TBS di Amplaz.


Finally, the day came!! My hubby akhirnya membawaku keluar kandang. Rupanya dia menangkap kegelisahan hati istrinya ini (ciehehehehe). And for the first time after the baby born day, I went hanging out for nothing but fun and refreshing, bukan buat imunisasi, ke dokter, cek lab, atau beli pisang di Indomaret.

I shopwindowed, I went in and out many stores, I touched clothes, shoes, checked the prices. Ngiler dot com lah ceritanya :D persis seperti ketika liat-liat katalog online, hanya bedanya, kali ini aku bisa menyentuh bendanya langsung, merasakan apakah aku menyukainya dan kemudian menentukan secara pasti "Do I need this?"

I won't talk much about TBS. The brand is a warranty for the excitement on holding the bottles, the enjoyment on smelling the scents, and finally the satisfaction on grabbing some for my personal posession. Puasss ;) Next after TBS, and this is the best part, I saw a store which sold so many cute clothes. Model-modelnya mirip sama baju-baju Korea di internet, even some of them were prettier. Harganya? Jauh di bawah OS-OS fashion impor yang pasang harga gila dan mengklaim bahwa their poducts are high quality. Kualitas barangnya? As pretty as it looks and worth every penny. Setelah melihat potensi hubungan baik antara aku dengan sebuah cute purple long dress dan mencobanya dikamar pas, yah selanjutnya sudah bisa ditebak :D Secara udah lama diriku mengidam-idamkan punya long dress sementara yang kubeli online selama ini mengecewakan terus. Hehe tapi cukup satu aja, coz malu ma hubby yang setia nungguin :"> (tar bisa-bisa dikira aku nih istri yang tukang ngabisin duit suami, meskipun sempet ada benernya juga sih :lol:)



Jujur, offline shopping hari ini membuat akal sehatku kembali ke tempatnya semula secara menakjubkan. Mataku pun kembali kenyang. Melihat-lihat baju-baju lucu di berbagai OS sama sekali tidak membuatku lapar. Visiting real shop lets you SURELY decide what you want and how worth it is to spend your money on it.

Offline shopping still rocks better, Ladies!! ^^

Shopaholic Is My Middle Name


Wiiiiiyyyy akhirnyaaaa......hari ini ke TBS juga \^0^/. Masih ditambah satu long dress yang so cuuute pulaaa. My beloved hubbyyyyyyyy, makasih yaaa :"> Sebetulnya masih banyak yang menarik hatiku untuk disamber masuk shopping bag. Tapi untunglah akal sehatku masih bertahan di tempatnya :p Jadii, cukup satu saja yang dibawa pulang :D

[Part 2] Skin Journal, A New Journey - [Review] Laneige Clear-C Advanced Effector EX

Saya menulis part 1-nya ternyata sudah hampir setahun yang lalu. Dan habis itu lama banget ninggalin janji bikin part 2 yang tak kunjung te...