1. belajarlah dari kuntilanak, sesulit apapun hidup tapi selalu tertawa.
2. belajarlah dari tuyul, masih kecil tapi dah bisa cari duit sendiri.
3. belajarlah dari pocong, dari dulu pakaiannya itu-itu aja, hidup sederhana.
4. belajarlah dari babi ngepet, kalo malem cuma pake lilin, hemat listrik
Nyomot dari sini
Sunday, April 15, 2012
Sunday, April 8, 2012
My Beauty Haul Super Flash
Baiklah....
Setelah beberapa bulan yang lalu rajin menyambangi berbagai review-review MUA serta thread Makeup Addict di FemaleDaily dan terkena racun habis-habisan, saya akhirnya menyerah. Setumpuk jar 5ml isi sample foundation hasil hunting di 'pasar' FD sekarang cuma nangkring dengan manisnya di rak gantung dalam kamar. Lalu ada dua atau tiga sample BB cream yang cuma sempet dicolek sekali masing-masing, beberapa batang lipstik dan lipgloss, dua atau tiga compact powder dalam laci, tiga application brush, dua botol liquid eyeliner, sepalet cream concealer, sewadah bronzing pearl yang lebih sering terlupakan keberadaannya meski di depan hidung...trus apa lagi yaaa?
Sebenarnya siiiih, saya tidak terlalu terpengaruh dengan craziness for trying many brands yang menggejala dalam thread-thread tersebut, tapi semangat gila dandan mereka lah yang sedemikian merasuk dalam sukma ini *bahasa yang lebay* hingga mendorong saya ikut-ikut gila lenongan, termasuk yang high end pulak. Sebut saja, MUFE, Shu Uemura, Channel, MAC, Dior..... Yes, setidaknya saya sempat menghabiskan sekian jeti gara-gara kegilaan sesaat ini *hiks*.
Setelah beberapa bulan yang lalu rajin menyambangi berbagai review-review MUA serta thread Makeup Addict di FemaleDaily dan terkena racun habis-habisan, saya akhirnya menyerah. Setumpuk jar 5ml isi sample foundation hasil hunting di 'pasar' FD sekarang cuma nangkring dengan manisnya di rak gantung dalam kamar. Lalu ada dua atau tiga sample BB cream yang cuma sempet dicolek sekali masing-masing, beberapa batang lipstik dan lipgloss, dua atau tiga compact powder dalam laci, tiga application brush, dua botol liquid eyeliner, sepalet cream concealer, sewadah bronzing pearl yang lebih sering terlupakan keberadaannya meski di depan hidung...trus apa lagi yaaa?
Sebenarnya siiiih, saya tidak terlalu terpengaruh dengan craziness for trying many brands yang menggejala dalam thread-thread tersebut, tapi semangat gila dandan mereka lah yang sedemikian merasuk dalam sukma ini *bahasa yang lebay* hingga mendorong saya ikut-ikut gila lenongan, termasuk yang high end pulak. Sebut saja, MUFE, Shu Uemura, Channel, MAC, Dior..... Yes, setidaknya saya sempat menghabiskan sekian jeti gara-gara kegilaan sesaat ini *hiks*.
Saturday, April 7, 2012
Bukan Movie Review: 3 Idiots
Film India yang cukup break-through ini, menurut om Wiki, dirilis sekitar tahun 2009. Banyak yang bilang bagus, tapi belom sempet nonton di bioskop karena waktu itu saya sedang menjalani masa hamidun, yakni suatu masa sakral yang mengharuskan saya bertapa menjauhkan diri dari segala hal yang berpotensi keluarnya mantra "Amit amit jabang bayii...amit amit jabang bayii....amit-amit jabang bayii...."
Judul film ini sebetulnya sudah saya lirik beratus kali karena memang sudah lama ngendon dalam folder koleksi film-film di laptop misua. Tapi karena tujuan utamanya selalu adalah folder Upin Ipin dan Tom & Jerry, jadi yaa tulisan 3 Idiots itu cuma cukup dilirik saja. Maklum, si kecil ini makannya susah luar biasa kalau gak dikasi sesuatu yang membuatnya lupa bahwa dirinya sedang makan. Jadilah kedua serial yang lucu dan berisik tadi menjadi senjata andalan saya, selain sendok dan piring berisi nasi di tangan.
Suatu hari, entah apa sebabnya, tiba-tiba si kecil gak mempan dengan tontonan favoritnya tersebut. Pandangan mata memang tetep melekat asyik ke layar laptop tapi tangannya sibuk menangkis hujan serangan sesendok nasi dengan tangkas. "Mati aku, udah bosen ni anak," sang ibu membatin dengan putus asa. Di tengah deraan keputusasaan itu *lebay*, tiba-tiba ceklik...ceklik... saya iseng ngeklik film 3 Idiots dan kemudian muncullah adegan pembuka yang konyol. Ada pesawat terbang, ada mobil, ada lari-larian, ada musik pengiring yang rancak, pokoknya singkat kata si kecil pun bengong melihat pemandangan yang tak biasa ini dan kegiatan menyuap pun akhirnya berjalan lancar.
Nah tapiii....saya ini tidak berniat bercerita tentang kegiatan menyuapi makan si kecil :D
Jadi, akibat ketidaksengajaan mengeklik itu, akhirnya saya malah jadi penasaran mengikuti lanjutannya. Haha....
Film 3 Idiots ini berkisah tentang tiga orang sahabat yang sama-sama kuliah mekanika di ICE, yakni semacam institut pencetak para insinyur bermasa depan cemerlang dambaan seluruh orang tua di penjuru India. Ketiga orang ini, Raju, Farhan, dan Rancho, bertemu pertama kali ketika menjadi mahasiswa baru dan menjadi teman sekamar di asrama. Fokus film ini adalah Rancho, seorang mahasiswa unik pecinta mekanika dengan jalan pemikiran yang luar biasa, dengan sudut pandang narasi salah satu sahabatnya, yakni si Farhan.
Jujur, bagi saya sebagai orang yang awam persinemaan, film ini sangat berkesan. Meskipun tokoh Rancho itu dalam film ini begitu cerdas, cemerlang, dan heroik, tapiii alur cerita seluruhnya rasanya kok lumrah-lumrah aja ya. Manusiawi dan gak berasa lebay-lebay amat. Bahkan sepertinya cukup mudah menemukan karakter-karakter yang digambarkan dalam film ini di dunia nyata. Coba bandingkan dengan, yah film Hollywood lah misalnya. Yang namanya lakon utama itu umumnya pasti menangnya lebay. Dia pasti digambarkan sangat hebat dan benar-benar wow yeahhh! Harusnya udah sekarat tapi tiba-tiba bisa bangun dan menang. Atau misalnya sudah dihujani tembakan seribu orang, tapi gak mati-mati, malah musuh yang jumlahnya seribu tadi tertembak satu-satu. Gak usah nyebut film dalam negeri lah, yang terbiasa menggambarkan tokoh-tokoh protagonis itu selalu menang karena dibantu makhluk-makhluk gaib bin ajaib. Intinya, menghalalkan segala cara supaya lakonnya menang.
Awalnya saya tertawa-tawa karena beberapa adegan yang konyol, lalu senyum-senyum simpul karena beberapa dialog yang ironis tapi faktuil, tapi lama-kelamaan saya malah jadi merenung. Rupanya karakter orang India dan Indonesia gak jauh beda ya. Bekerja menjadi aktivitas meraih gengsi. Oleh sebab itu para orang tua kemudian menyarankan anak-anaknya bersekolah di tempat bergengsi dengan mengambil jurusan atau bidang studi yang bergengsi pula. Tujuannya adalah supaya meraih sukses: mudah mencari kerja di tempat-tempat bergengsi, punya mobil besar, rumah besar, dan segala kemewahan dunia. Kalau di India, berdasarkan yang digambarkan dalam film 3 Idiots, pekerjaan bergengsi tersebut adalah menjadi dokter dan insinyur. Haha cukup kuno ya, kalau di Indonesia udah lewat masanya tuh. Sekarang orang tua berlomba-lomba menjadikan anaknya artis, terserah artis apa. Yang penting nanti bisa jadi selebritis, ngetop, glamour, dan kaya raya. Atau bagi yang cukup dekat dengan dunia politik, nah nasihatnya adalah, "Masuklah ke sekolah es teh pe de en ya, Nak, biar nanti gampang nanti jadi pejabat." Hedeeehhh....
Konsep piramida profesi yang berkembang dalam masyarakat kita macam ini yang menyebabkan profesionalisme menjadi barang langka. Semua orang berprofesi hanya untuk mengejar materi semata. Sebagian besar para anggota Dewan Yth menduduki kursinya bukan dalam rangka memikirkan rakyat. Para dosen muda sibuk mengejar gelar dan sertifikasi dosen demi kenaikan gaji dan kemudian asyik ngobyek di luar kampus dengan memanfaatkan titelnya sebagai 'Dosen Universitas Anu' sehingga tanggung jawab utamanya sebagai pendidik dan pengemban ilmu sering terabaikan. Para aktris dan aktor sinetron naik daun dan berpenghasilan besar hanya dengan bermodalkan tampang ganteng dan cantik serta kemampuan melatat-melotot tanpa bekal pengetahuan akting yang memadai. Para pegawai instansi pemerintahan yang masih muda berlomba mengumpulkan kekayaan dan mengejar jabatan sesegera mungkin. Saking matrenya bangsa ini, sampai-sampai di suatu wilayah di pulau Jawa, para orang tua berlomba mengekspor putri-putri mereka jadi TKW supaya bisa pulang membawa duit berjut-jut yang susah dicari di negeri sendiri. Memprihatinkan tapi ini fakta yang terjadi di kota kelahiran seorang teman saya.
Lupakah bangsa kita bahwa bekerja adalah suatu kegiatan mulia? Bahwa semua profesi itu apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan banyak hal luar biasa? Bahwa semua profesi yang halal itu layak mendapatkan penghargaan (baca: gaji) yang mencukupkan hidup penerimanya?
Pernahkah kita merenung mengapa sekarang banyak guru yang tidak memahami esensi menjadi pendidik, bahkan sampai ada yang cabul? Mengapa lebih banyak polisi yang korup ketimbang yang bersih? Mengapa pegawai administrasi di kantor kecamatan maupun administrasi kemahasiswaan di universitas gak bisa nyaingin keramahtamahan pegawai kantor pos? (kalo yang ini curcol :p)
"Jika saja bapaknya Mariah Carey menyuruh dia menjadi insinyur, atau bapaknya Jet Lee menyuruh dia menjadi penyanyi, coba bayangkan. Akan jadi apa mereka hari ini?"
(Kutipan teks terjemahan film dialog 3 Idiots yang mengilhami postingan ini)
Judul film ini sebetulnya sudah saya lirik beratus kali karena memang sudah lama ngendon dalam folder koleksi film-film di laptop misua. Tapi karena tujuan utamanya selalu adalah folder Upin Ipin dan Tom & Jerry, jadi yaa tulisan 3 Idiots itu cuma cukup dilirik saja. Maklum, si kecil ini makannya susah luar biasa kalau gak dikasi sesuatu yang membuatnya lupa bahwa dirinya sedang makan. Jadilah kedua serial yang lucu dan berisik tadi menjadi senjata andalan saya, selain sendok dan piring berisi nasi di tangan.
Suatu hari, entah apa sebabnya, tiba-tiba si kecil gak mempan dengan tontonan favoritnya tersebut. Pandangan mata memang tetep melekat asyik ke layar laptop tapi tangannya sibuk menangkis hujan serangan sesendok nasi dengan tangkas. "Mati aku, udah bosen ni anak," sang ibu membatin dengan putus asa. Di tengah deraan keputusasaan itu *lebay*, tiba-tiba ceklik...ceklik... saya iseng ngeklik film 3 Idiots dan kemudian muncullah adegan pembuka yang konyol. Ada pesawat terbang, ada mobil, ada lari-larian, ada musik pengiring yang rancak, pokoknya singkat kata si kecil pun bengong melihat pemandangan yang tak biasa ini dan kegiatan menyuap pun akhirnya berjalan lancar.
Nah tapiii....saya ini tidak berniat bercerita tentang kegiatan menyuapi makan si kecil :D
Jadi, akibat ketidaksengajaan mengeklik itu, akhirnya saya malah jadi penasaran mengikuti lanjutannya. Haha....
Film 3 Idiots ini berkisah tentang tiga orang sahabat yang sama-sama kuliah mekanika di ICE, yakni semacam institut pencetak para insinyur bermasa depan cemerlang dambaan seluruh orang tua di penjuru India. Ketiga orang ini, Raju, Farhan, dan Rancho, bertemu pertama kali ketika menjadi mahasiswa baru dan menjadi teman sekamar di asrama. Fokus film ini adalah Rancho, seorang mahasiswa unik pecinta mekanika dengan jalan pemikiran yang luar biasa, dengan sudut pandang narasi salah satu sahabatnya, yakni si Farhan.
Jujur, bagi saya sebagai orang yang awam persinemaan, film ini sangat berkesan. Meskipun tokoh Rancho itu dalam film ini begitu cerdas, cemerlang, dan heroik, tapiii alur cerita seluruhnya rasanya kok lumrah-lumrah aja ya. Manusiawi dan gak berasa lebay-lebay amat. Bahkan sepertinya cukup mudah menemukan karakter-karakter yang digambarkan dalam film ini di dunia nyata. Coba bandingkan dengan, yah film Hollywood lah misalnya. Yang namanya lakon utama itu umumnya pasti menangnya lebay. Dia pasti digambarkan sangat hebat dan benar-benar wow yeahhh! Harusnya udah sekarat tapi tiba-tiba bisa bangun dan menang. Atau misalnya sudah dihujani tembakan seribu orang, tapi gak mati-mati, malah musuh yang jumlahnya seribu tadi tertembak satu-satu. Gak usah nyebut film dalam negeri lah, yang terbiasa menggambarkan tokoh-tokoh protagonis itu selalu menang karena dibantu makhluk-makhluk gaib bin ajaib. Intinya, menghalalkan segala cara supaya lakonnya menang.
Awalnya saya tertawa-tawa karena beberapa adegan yang konyol, lalu senyum-senyum simpul karena beberapa dialog yang ironis tapi faktuil, tapi lama-kelamaan saya malah jadi merenung. Rupanya karakter orang India dan Indonesia gak jauh beda ya. Bekerja menjadi aktivitas meraih gengsi. Oleh sebab itu para orang tua kemudian menyarankan anak-anaknya bersekolah di tempat bergengsi dengan mengambil jurusan atau bidang studi yang bergengsi pula. Tujuannya adalah supaya meraih sukses: mudah mencari kerja di tempat-tempat bergengsi, punya mobil besar, rumah besar, dan segala kemewahan dunia. Kalau di India, berdasarkan yang digambarkan dalam film 3 Idiots, pekerjaan bergengsi tersebut adalah menjadi dokter dan insinyur. Haha cukup kuno ya, kalau di Indonesia udah lewat masanya tuh. Sekarang orang tua berlomba-lomba menjadikan anaknya artis, terserah artis apa. Yang penting nanti bisa jadi selebritis, ngetop, glamour, dan kaya raya. Atau bagi yang cukup dekat dengan dunia politik, nah nasihatnya adalah, "Masuklah ke sekolah es teh pe de en ya, Nak, biar nanti gampang nanti jadi pejabat." Hedeeehhh....
Konsep piramida profesi yang berkembang dalam masyarakat kita macam ini yang menyebabkan profesionalisme menjadi barang langka. Semua orang berprofesi hanya untuk mengejar materi semata. Sebagian besar para anggota Dewan Yth menduduki kursinya bukan dalam rangka memikirkan rakyat. Para dosen muda sibuk mengejar gelar dan sertifikasi dosen demi kenaikan gaji dan kemudian asyik ngobyek di luar kampus dengan memanfaatkan titelnya sebagai 'Dosen Universitas Anu' sehingga tanggung jawab utamanya sebagai pendidik dan pengemban ilmu sering terabaikan. Para aktris dan aktor sinetron naik daun dan berpenghasilan besar hanya dengan bermodalkan tampang ganteng dan cantik serta kemampuan melatat-melotot tanpa bekal pengetahuan akting yang memadai. Para pegawai instansi pemerintahan yang masih muda berlomba mengumpulkan kekayaan dan mengejar jabatan sesegera mungkin. Saking matrenya bangsa ini, sampai-sampai di suatu wilayah di pulau Jawa, para orang tua berlomba mengekspor putri-putri mereka jadi TKW supaya bisa pulang membawa duit berjut-jut yang susah dicari di negeri sendiri. Memprihatinkan tapi ini fakta yang terjadi di kota kelahiran seorang teman saya.
Lupakah bangsa kita bahwa bekerja adalah suatu kegiatan mulia? Bahwa semua profesi itu apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan banyak hal luar biasa? Bahwa semua profesi yang halal itu layak mendapatkan penghargaan (baca: gaji) yang mencukupkan hidup penerimanya?
Pernahkah kita merenung mengapa sekarang banyak guru yang tidak memahami esensi menjadi pendidik, bahkan sampai ada yang cabul? Mengapa lebih banyak polisi yang korup ketimbang yang bersih? Mengapa pegawai administrasi di kantor kecamatan maupun administrasi kemahasiswaan di universitas gak bisa nyaingin keramahtamahan pegawai kantor pos? (kalo yang ini curcol :p)
"Jika saja bapaknya Mariah Carey menyuruh dia menjadi insinyur, atau bapaknya Jet Lee menyuruh dia menjadi penyanyi, coba bayangkan. Akan jadi apa mereka hari ini?"
(Kutipan teks terjemahan film dialog 3 Idiots yang mengilhami postingan ini)
Disclaimer: Semua gambar dan video di atas adalah hasil comot dari berbagai sumber di internet.
Sunday, April 1, 2012
Review Korea-Koreaan: Original vs Replika [Part 2]
Hi....
I'm back.
Fiuhhh, lama betul yaaa sejak postingan Part 1 dipublish di sini. Bayangkan, udah berapa tahun yang lalu tuh!! Damn, time flies so fast huh...
Ternyata kesibukan rumah tangga itu semakin lama semakin menyita waktu dan tenaga serta emosi. Si kecil semakin besar dan semakin banyak 'kepinteran' yang membutuhkan perhatian ekstra. Misua juga semakin bertambah beban pekerjaannya di kantor yang disebabkan oleh perkembangan karirnya. Dan sialnya, semakin tinggi posisi dia, semakin menyeret diriku ini untuk ikut-ikutan sibuk, yakni menjadi anggota organisasi istri. Organisasi itu hobi bener cari-cari kegiatan yang bikin puyeng dan nambah pikiran, dengan modal bermotivasikan paradigma: istri aktif mendukung kelancaran dan kesuksesan suami dalam bekerja *cieeehhh* . Dan yang terakhir, seolah masih belum cukup kehebohan dalam hidupku, ibuku memaksaku kuliah lagi. Aarrghhh......
I'm back.
Fiuhhh, lama betul yaaa sejak postingan Part 1 dipublish di sini. Bayangkan, udah berapa tahun yang lalu tuh!! Damn, time flies so fast huh...
Ternyata kesibukan rumah tangga itu semakin lama semakin menyita waktu dan tenaga serta emosi. Si kecil semakin besar dan semakin banyak 'kepinteran' yang membutuhkan perhatian ekstra. Misua juga semakin bertambah beban pekerjaannya di kantor yang disebabkan oleh perkembangan karirnya. Dan sialnya, semakin tinggi posisi dia, semakin menyeret diriku ini untuk ikut-ikutan sibuk, yakni menjadi anggota organisasi istri. Organisasi itu hobi bener cari-cari kegiatan yang bikin puyeng dan nambah pikiran, dengan modal bermotivasikan paradigma: istri aktif mendukung kelancaran dan kesuksesan suami dalam bekerja *cieeehhh* . Dan yang terakhir, seolah masih belum cukup kehebohan dalam hidupku, ibuku memaksaku kuliah lagi. Aarrghhh......
Subscribe to:
Posts (Atom)
[Part 2] Skin Journal, A New Journey - [Review] Laneige Clear-C Advanced Effector EX
Saya menulis part 1-nya ternyata sudah hampir setahun yang lalu. Dan habis itu lama banget ninggalin janji bikin part 2 yang tak kunjung te...
-
Jangan lupa cek Part 1 juga ya. Ada rumus buat dapetin warna abu-abu lho 😊👇 <<< Part 1 - Mengapa Harus Bleaching? Kata kunc...
-
Sebetulnya Medi-Klin TR ini sudah banyak direview oleh para blogger Tanah Air. Coba deh cek di google . Tapi entah kenapa masih adaaa aj...
-
Hai hai..... Belakangan ini benar-benar fiuuhhhh. Postingan ini dibuat pada bulan Desember 2020 yang mana artinya pandemi Covid-19 sudah ha...