Friday, February 8, 2019

Ayo Perempuan, Berdayakan Dirimu

Something came to my mind sehingga kali ini saya mendadak ingin menulis sesuatu yang rada serius. Pagi tadi, saya membaca tulisan yang bertutur cukup lengkap tentang kasus pelecehan seksual antar mahasiswa KKN di Balairung Press. Lumayan telat sih jika mengingat kehebohan kasus ini sudah lewat beberapa waktu yang lalu. Tapi membaca kronologi kasus tersebut membuat saya bertanya-tanya: sejauh mana sebetulnya seorang perempuan bisa memberdayakan dirinya untuk mendeteksi datangnya bahaya?

Saya jadi ingat, sewaktu KKN dulu sebetulnya sempat mengalami pelecehan seksual juga. Untungnya hanya berupa verbal. Tapi waktu itu saya segera merespon guyonan melecehkan yang dikeluarkan oleh rekan satu sub unit tersebut dengan cara menyampaikan secara tegas bahwa apa yang dia katakan sangat kurang ajar dan membuat saya tersinggung. Dan sejak hari itu, saya tidak pernah sedikit pun bersikap ramah dan tersenyum pada teman tersebut. I might have forgiven him (saat saya bersikap tegas, dia memang langsung meminta maaf) but I considered what he had done as unforgiven. It just gave me a hint what kind of human he was. Mengingat ini saya jadi muncul keraguan, apa iya Agni benar-benar berdamai dengan HS sang pelaku dengan hati legowo. Luka yang ditimbulkan pelecehan seksual itu bukan jenis luka yang mudah sembuh lho. Buktinya, sudah tak terhitung banyaknya pria dewasa homoseksual-pedofilia yang diawali dari trauma pelecehan seksual di masa kecil.

Setelah membaca tentang awal mula kasus KKN di atas, saya sedikit banyak menganggap ada peran keteledoran Agni dalam menjaga dirinya sendiri. Malam-malam sendirian pergi ke tempat di mana hanya ada pemuda. Apakah dia tidak pernah mendengar berita-berita tentang kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang marak menyerang perempuan yang sedang sendirian? Apa yang dia lakukan malam itu sebetulnya tidak jauh berbeda dengan berjalan ke kandang macan tanpa persiapan.

Saya masih ingat sewaktu jaman KKN dulu, terpaksa mengerjakan tugas laporan sendirian sampai larut malam karena cuma ada satu komputer di sub unit dan saya selalu kalah cepat dengan teman lain. Setelah merasa cukup, saya berniat balik ke kamar putri karena sudah mengantuk. Dari ruang komputer menuju kamar putri, saya harus melewati ruang tengah yang saat itu diisi beberapa pemuda desa. Kebetulan sejak rumah tersebut dihuni anak-anak KKN, beberapa pemuda desa suka datang untuk main dan menginap. Waktu itu sebagian besar sudah terlelap. Ruangan gelap. Hanya tersisa satu dua orang yang asyik nonton TV. Apa coba yang ditonton? Acara bioskop tengah malam (atau bioskop layar tancep ya, lupa) yang suka memutar film-film 17+ jadul yang bintangnya semacam Eva Arnaz, Him Damsyik, dan yang sejenisnya. Saya langsung gilo. Ih nontonnya gituan, pikir saya. Langsung deh kebayang kasus-kasus pemerkosaan yang pelakunya habis nonton bokep. Ya emang sih saya kebetulan lagi pakai jilbab rumahan gede dari bahan babat yang gak menarik gitu. Tapi kalau ada setan lewat, siapa yang tahu. Jadi saya langsung jalan aja, gak pakai noleh apalagi sapa-menyapa meski sebetulnya kenal dengan si penonton. Masuk kamar, kunci pintu, ceklek.

Saya pikir, selain dibekali dengan kemampuan membela diri, para perempuan juga perlu disadarkan untuk memahami situasi yang membahayakan dirinya. Salah satunya adalah dengan menerima fakta bahwa pikiran mesum itu tidak jauh berbeda dengan otak kriminal. Pikiran tersebut berada di alam bawah sadar dan akan muncul jika ada pemicunya. Maka kemudian pelajarilah dan kenalilah apa-apa saja yang bisa memunculkan pikiran mesum. Ibarat orang mengunci stang motornya supaya gak diambil maling. Preventif dan antisipatif.

Kalau melihat keterangan Agni memakai kerudung, saya yakin agamanya pasti Islam. Sementara itu di dalam Islam, masalah pergaulan antara perempuan dan laki-laki diatur sangat ketat. Salah satunya ya untuk mencegah pelecehan seksual itu tadi. Melihat kisah kasus Agni, ada aturan-aturan syariat yang dia abaikan dengan:
1. Keluar rumah pergi sendirian malam-malam tanpa ditemani teman perempuan tetapi malah mencari teman laki-laki.
2. Tidur sekamar berdua dengan laki-laki asing padahal sudah jelas dikatakan dalam hadis bahwa keadaan semacam itu akan disusupi setan sebagai teman ke tiga.

See?
Saya bukannya hendak menghakimi Agni. Saya termasuk yang setuju jika HS si pelaku dihukum seberat-beratnya dan kecewa dengan cara penanganan oleh pihak kampus beserta hasil akhir kasus ini. Tapi dari sisi Agni sendiri, ada beberapa hikmah pelajaran yang perlu diambil. Dia gak prepare, dia gak mempersiapkan perlindungan diri, dan dia gak aware sama sekali dengan situasi yang potensial berbahaya. Responnya yang lambat menunjukkan ketidakyakinan pada dirinya sendiri bahwa dia sesungguhnya dalam bahaya dan punya hak untuk marah seketika itu juga. Bagi saya, tidur sekamar dengan laki-laki lain itu adalah opsi yang mengerikan, dalam posisi berjarak sekalipun. Jika berada dalam posisi semacam, saya bakal pilih tidur bergelung di luar kamar, pinjem selimut. Bahkan bisa jadi malah bakal terjaga semalaman. Tapi yah saya juga gak begitu tahu kondisi pemondokan mereka di sana. Di jaman saya, satu rumah umumnya diisi satu kelompok (sub unit), minimal yang bergender sama. Tapi di kasus ini kok agak janggal, pemondokannya sepertinya terpencar-pencar.

Yah dengan tulisan ini, saya sebetulnya hanya ingin mengatakan kepada para sesama perempuan supaya mengasah nalurinya untuk bisa mengendus potensi bahaya pelecehan seksual. Jangan biarkan pertahananmu terbuka. Jaga jarak aman. Stay alert. Selalu waspada. Jangan lengah. Jangan tunjukkan dirimu lemah dan mudah diperdaya. Pasanglah sikap berwibawa.

Tambahan buat yang muslim, jangan pernah lupa setan ada di mana-mana dan akan selalu siap menggoda siapa saja yang lengah. Tipu dayanya sangat halus. Kamu mungkin sangat beriman sehingga kebal, tapi teman laki-laki di dekatmu? Siapa yang tahu.

No comments:

Post a Comment

[Part 2] Skin Journal, A New Journey - [Review] Laneige Clear-C Advanced Effector EX

Saya menulis part 1-nya ternyata sudah hampir setahun yang lalu. Dan habis itu lama banget ninggalin janji bikin part 2 yang tak kunjung te...