Wednesday, March 11, 2020

Review: Revlon Nail Enamel Shade 128 Slate, 041 Granite, & 161 Teak Rose



Kuteks favorit saya sebetulnya adalah Nail Vita dari Skinfood. Kualitasnya oke dan harganya cukup affordable. Pengaplikasiannya yang smooth, effortless, mistake-proof dengan hasil yang langsung opaque in only one thin coat membuat seorang amatir sekalipun bisa menghasilkan karya rapi bak seorang pro. Saya masih menyimpan satu warna as my-go-to nail polish, dibeli dari Korea via Ebay sekitar 5 tahun lalu dan kondisinya masih bagus hingga tulisan ini diposting.

Tapi namanya cewek ya, suka penasaran juga sama brand lain. Suatu ketika dapet kesempatan nyobain kuteks Revlon varian Colorstay Longwear Nail Enamel shade Indigo Night, ternyata enak banget. Teksturnya mudah diblend dan sangat pigmented. Warnanya langsung jadi pada polesan pertama. Kuasnya juga nyaman sehingga hasil polesnya jadi rapi. Sayangnya line ini varian warnanya terlalu bold buat selera saya, berasa kaya tante-tante (padahal emang udah tante-tante *dilempar*), plus udah discontinued *sigh*. Tapi karena masih penasaran sama brand Revlon saya memutuskan untuk mencoba line nail enamelnya yang reguler.

Ini fotonya a bit too warm dibanding aslinya.



Ini kayanya warna sejuta umat. Nyari-nyari review di internet, umumnya swatch yang ada ya seputar shade ini aja. Untuk shade Teak Rose, warnanya pink manis tapi gak gonjreng. Muted pink mungkin cocok untuk menggambarkannya dalam kata-kata. Sementara shade Granite dan Slate basic warnanya coklat, semacam dark nude. Slate cenderung yellowish mirip warna permen karamel. Granite warnanya pinkish brown, atau brownish pink yaa? Bingung juga. Lumayan susah mengcapture warna riil dari Granite ini.  Sekilas mirip susu mocca kalau di tempat gelap. Tapi di bawah pencahayaan yang banyak, tone pinknya keluar banget. Warnanya jadi semacam dark mauve. Saya sebetulnya paling suka Teak Rose karena warnanya syantiiik. Tapi yang terlihat flattering buat kulit saya malah Slate. Warnanya cukup kalem dan natural, bisa jadi andalan kalau pas butuh tampil gak mencolok semacam undangan acara di sekolah anak.

Revlon Nail Enamel teksturnya agak creamy dan saya biasanya lemah pakai kuteks jenis ini. Meski cukup pigmented, susah diratain karena kuasnya pun kurang luwes, susah megar. Pakainya harus hati-hati sekali. Apalagi saya tipe yang tangannya gampang goyang, rawan mbleber sana sini. Awal-awal nyobain, saya gak suka karena hasilnya kurang rapi. Akibat warna yang susah rata, harus dipoles sampai tiga layer. Jadi tebal, jelek dan pinggirannya kurang rapi.

Sempat nyerah, kuteks dianggurin 1-2 minggu dan saya pun menyusun tulisan negative review tentang Revlon Nail Enamel hahaha. Tapi suatu hari entah kenapa penasaran kepingin nyoba lagi. Ehh saya malah nemu trik aplikasi yang lumayan fail proof. Jadi caranya, ambil produk agak banyak dalam satu kali celup, kumpulkan secara merata di pangkal kuku, lalu tarik pelan-pelan dalam tiga sapuan ringan (jangan ditekan) membentuk garis lurus ke arah ujung kuku dengan urutan: tepi, tepi, tengah. Agak tricky juga ngira-ngira ambilnya, kebanyakan dikit bisa jadi mbleber, sementara kalau kurang warnanya jadi gak rata. Tapi kalau berhasil, sekali poles aja langsung jadi. Dan untuk ukuran kuteks creamy, keringnya si Revlon ini di kuku relatif sangat cepat. Sekali kering, dia langsung padat dan glossy, tanpa top coat sekalipun. Dipakai buat tidur, ketindih kegores-gores sprei dan sarung bantal gak ngecap. Hasilnya, saya pun sukses bikin full swatch ketiga shade tersebut seperti di bawah ini.

Swatch Revlon Enamel Teak Rose

Swatch Revlon Nail Enamel Slate

Swatch Revlon Nail Enamel Granite

Sayangnya, ada satu hal yang kurang oke dari pengalaman pakai Revlon Nail Enamel. It has bubble issue, suka muncul gelembung kecil-kecil yang mana munculnya tak terduga. Jadi setelah selesai  poles-poles dan udah rata, nanti tiba-tiba muncul titik-titik gelembung udara. Gelembung-gelembung ini munculnya tak terduga, kadang langsung muncul, kadang muncul tapi samar sekali, kadang mulus-mulus aja. Tapi yang paling parah adalah sewaktu saya pakai shade Granite untuk keperluan swatch di blog ini, gelembungnya muncul belakangan dan banyak pula. Kebetulan saya kelupaan pakai base coat saking semangatnya, bisa jadi itulah penyebabnya karena sewaktu pakai base coat gak separah ini. Foto swatch di atas dan di bawah diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Foto di atas adalah sesaat setelah kering, sementara yang di bawah adalah sekitar dua jam setelahnya. Foto di atas kukunya keliatan mulus ya, tapi yang di bawah jadi bruntusan kaya muka jerawatan.   


Keliatan gak 'jerawatnya'?

Saya coba googling sana sini, rupanya salah satu penyebab munculnya gelembung itu karena pengocokan botol kuteks yang berlebih sebelum pemakaian. Akibatnya udara akan terperangkap di dalam cairan kuteks, membentuk gelembung, dan perlahan-lahan naik ke permukaan, meski sudah dipoles di kuku sekalipun. Hmmm iya sih, saya memang kebiasaan ngeblend cairan kuteks dengan cara mengocok penuh semangat. Tapi tapi tapi... pakai kuteks lain kok enggak 😕 Yah bisa jadi karena cuma kuteks Revlon ini yang saya polesnya tebal-tebal, sementara kuteks lain cenderung poles tipis-tipis aja. Habis gimana lagi, saya gak bisa menghasilkan warna kuku yang rapi dengan cara lain.

Final verdict
Pros:
- harga cukup affordable
- pilihan warna sangat banyak
- relatif cepat kering dan padat (gak gampang kegores)

Cons:
- pengaplikasian agak tricky
- suka muncul gelembung udara yang tak terduga

Will I repurchase?
Not quite sure. Mungkin yang berikutnya nyoba peruntungan dengan kuteks Revlon yang varian Colorstay Longwear Gel Envy aja.


No comments:

Post a Comment

[Part 2] Skin Journal, A New Journey - [Review] Laneige Clear-C Advanced Effector EX

Saya menulis part 1-nya ternyata sudah hampir setahun yang lalu. Dan habis itu lama banget ninggalin janji bikin part 2 yang tak kunjung te...